Bogor (ANTARA Bengkulu) - Pengunjung Festival Kuliner warga Jalan Gunung-gunung Kota Bogor, Jawa Barat, dibuat penasaran dengan kehadiran Es Jepit Mang Iwan yang ikut meramaikan acara tersebut.

"Jadi ingat zaman SD dulu suka beli es ini (jepit) di sekolahan," kata Theresia, salah satu pengunjung Festival Kuliner di Taman Malabar, Kota Bogor, Sabtu.

Es Jepit Mang Iwan banyak menarik minat pengunjung yang datang dan memesan untuk dibuatkan es warna-warni tersebut.

Sekilas dilihat es jepit tersebut berbentuk lingkaran dengan warna merah dan hijau seperti kembang gula yang ada tangkainya.

Mang Iwan (38), warga Kampung Loji, Desa Cibarayut, Kecamatan Cigombong ini baru pertama kali berjualan di acara festival seperti itu. Biasanya ia keliling kampung menjajakan es ke anak-anak.

"Biasa jualan di SD di kampung saya, kalau hari libur jualannya keliling kampung," katanya.

Bila di sekolah satu Es Jepit dijual Rp500, sedangkan hari libur karena yang membeli kebanyakan orang  luar bukan murid sekolah Mang Iwan menjualnya Rp1.000.

Dinamakan es jepit karena proses pembuatan es tersebut harus dijepit agar membentuk seperti lingkaran.

Proses pembuatan es sangat mudah, es batu atau balok es diparut di atas papan parut yang tersedia, parutan es ditampung di atas wadah yang terbuat dari batok atau tempurung kelapa.

Tumpukan es di atas batok kelapa tersebut lalu diberi tangkai es, untuk membentuknya bagian atas es ditutup dengan pasangan batok kelapa lainnya, lalu dijepit dengan menggunakan kedua tangan.

"Makanya dikasih nama es jepit, karena untuk membentuknya harus dijepit," kata Mang Iwan.

Es dijepit untuk membentuk es agar tumpukan parutan es menyatu sehingga menjadi es bertangkai dan siap untuk diberi warna. Warna es untuk memberikan rasa pada parutan es.

Ada dua warna es yakni merah untuk rasa pandan dan hijau untuk rasa melon. Warna berasal dari sirup botol yang dituangkan di atas es jepit sehingga membentuk permen lolipop besar.

Sehari-hari berjualan es jepit, Mang Iwan mendapatkan uang Rp100.000 bila semua es habis. Bila tidak ia rata-rata mendapatkan Rp80.000 setiap hari jualan.

Untuk berjualan hari, sehari Mang Iwan harus mengeluarkan modal Rp40.000 ditambah ongkos angkutan umum Rp15.000.

Selain berjualan es jepit, Mang Iwan berjualan bubur ayam yang dilakoninya setiap pagi, lalu siang hingga sore berjualan es.

Tradisi menjual es jepit didapatkan dari ayahnya Parni (70) yang sudah berjualan es sejak 38 tahun silam.

Iwan mengaku senang es jepit buatannya banyak diminati pengunjung festival. Beberapa pengunjung juga menawarkan dirinya untuk bisa berjualan di acara yang akan mereka selenggarakan.

"Tapi saya tidak punya kartu nama, cuma punya KTP saja. Kalau nomor telepon saya juga tidak hapal," katanya. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013