Di tangan Nova Riyanti Yusuf, tesis program pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa yang tengah ditekuninya menjadi buku yang dapat bermanfaat untuk mencegah kasus bunuh diri.
Buku ini ditulis berangkat dari keprihatinan seorang Nova terhadap masih adanya kasus bunuh diri di masyarakat. Hadirnya buku ini diharapkan keluarga sebagai lingkaran terdekat dapat mendeteksi kalau ada anggotanya yang tengah mengalami kesulitan.
Buku berjudul "Jelajah Jiwa Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis" memang mengambil kasus bunuh diri yang menimpa dua seniman lukis asal Yogyakarta.
Sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2018-2019, Nova pernah menginisiasi RUU Kesehatan Jiwa dan menjadi Ketua Panitia Kerja RUU Kesehatan Jiwa Komisi IX DPR RI sehingga akhirnya dihasilkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Sehingga tidak mengherankan tulisan dalam buku itu juga mengajak masyarakat lebih berperan untuk mendorong kesehatan jiwa anggota keluarga mengacu kasus-kasus bunuh diri.
Nova dalam buku ini merasa tertantang untuk meneliti penyebab bunuh diri di kalangan seniman. Apalagi kasus ini juga menimpa seniman dunia seperti Kurt Cobain, Ernest Hemingway, Virginia Woolf dan Sylvia Plath.
Nova juga mengungkap penyebab dua seniman lukis asal Yogyakarta itu sampai bunuh diri.
Tulisan dalam buku tersebut mengungkapkan bahwa kedua pelukis tidak memiliki riwayat anggota keluarga yang melakukan bunuh diri. Setelah melakukan berbagai wawancara menunjukkan bahwa pelaku kemungkinan mengalami masalah kejiwaan.
Kedua seniman juga diduga mempunyai beragam pemicu stres, yang terkait dengan karya seni (lukisan), hubungan pribadi dengan kekasih dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat kedua seniman memutuskan untuk bunuh diri, tulis Nova dalam bukunya.
Beberapa tanda-tanda peringatan (warning sign) sebenarnya sudah terlihat menjelang bunuh diri terlihat dari karya lukis yang depresif (untuk membuktikannya Nova menggunakan juga teknik triangulasi dengan melakukan analisis lukisan bersama kurator lukis, budayawan, dan psikiater Eugen Koh dari The Dax Centre - University of Melbourne sebagai pakar seni dan penyembuhan (art and healing).
Hasilnya menunjukkan kedua seniman memperlihatkan sikap kuat menghadapi berbagai persoalan maupun penyakit yang menyertainya. Serta juga ada perasaan bersalah dan berdosa.
Buku itu membahas tentang misteri dari tindakan bunuh diri itu sendiri, kecenderungan bunuh diri di kalangan kreatif, apa peran masing-masing kita dalam upaya pencegahan bunuh diri.
Selain itu, penting sekali agar masyarakat bisa membangun empati kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga bunuh diri, alih-alih menjadikan mereka obyek stigma.
Nova menunjukkan bahwa walaupun kedua pelukis ini telah tidak ada tetapi melalui buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma, dirinya merasa ikut belajar tentang perjalanan hidup seseorang.
Bahwa setiap orang punya cerita dan masalahnya masing-masing, sehingga penting sekali bagaimana kita berperan dalam kebaikan bagi sesama manusia.
Hemingway
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma diselingi intermeso berjudul "Diantara Hemingway, Sartre, DeBeauvoir, dan Che Guevara."
Intermeso ini merupakan hasil napak tilas Nova terhadap penulis pemenang novel sastra yang juga bunuh diri, Ernest Hemingway.
Dalam berbagai kesempatan saat ke Casablanca - Maroko, Idaho - AS, Havana - Kuba, dan Paris - Perancis, Nova menggunakan waktu luang untuk mengikuti jejak Hemingway semasa hidupnya. Napak tilas dilakukan tahun 2011, 2012, 2018 dan 2019.
Konsistensi Nova juga dilanjutkan sampai 2019 saat ia promosi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan menghasilkan disertasi berjudul "Deteksi Dini Faktor Risiko Ide Bunuh Diri Remaja SMA/SMK di DKI Jakarta".
Ia menghasilkan instrumen deteksi dini faktor risiko ide bunuh diri sebagai bagian dari upaya pencegahan.
Buku dari disertasi ini sudah melalui proses penyuntingan yang dilakukan oleh Imelda Bachtiar.
Nova mengeluarkan dua seri buku bunuh diri berdasarkan penelitian sehingga dari segi akurasi tidak diragukan lagi.
Buku ini diperkaya dari pengalaman Nova sebagai peneliti, penulis, juga praktik sebagai psikiater profesional, serta pembicara di berbagai forum.
Isi dalam buku juga banyak diambil saat Nova aktif dalam organisasi seperti Sekretaris Jenderal Asia Federation of Psychiatric Associations (AFPA), Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia) dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta (PDSKJI – Jaya).
Melalui buku ke-12 ini Nova mengajak pembaca untuk peduli menjelajah jiwa manusia dalam lingkup terdekat di lingkungan kita sendiri dan menghapus stigma sehingga bunuh diri bisa dicegah.
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma akan dijual di seluruh toko buku Gramedia secara nasional ini diperkirakan bakal diterima masyarakat luas.
Bahkan dengan dukungan data penelitian yang akurat buku ini akan memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Buku ini ditulis berangkat dari keprihatinan seorang Nova terhadap masih adanya kasus bunuh diri di masyarakat. Hadirnya buku ini diharapkan keluarga sebagai lingkaran terdekat dapat mendeteksi kalau ada anggotanya yang tengah mengalami kesulitan.
Buku berjudul "Jelajah Jiwa Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis" memang mengambil kasus bunuh diri yang menimpa dua seniman lukis asal Yogyakarta.
Sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2018-2019, Nova pernah menginisiasi RUU Kesehatan Jiwa dan menjadi Ketua Panitia Kerja RUU Kesehatan Jiwa Komisi IX DPR RI sehingga akhirnya dihasilkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Sehingga tidak mengherankan tulisan dalam buku itu juga mengajak masyarakat lebih berperan untuk mendorong kesehatan jiwa anggota keluarga mengacu kasus-kasus bunuh diri.
Nova dalam buku ini merasa tertantang untuk meneliti penyebab bunuh diri di kalangan seniman. Apalagi kasus ini juga menimpa seniman dunia seperti Kurt Cobain, Ernest Hemingway, Virginia Woolf dan Sylvia Plath.
Nova juga mengungkap penyebab dua seniman lukis asal Yogyakarta itu sampai bunuh diri.
Tulisan dalam buku tersebut mengungkapkan bahwa kedua pelukis tidak memiliki riwayat anggota keluarga yang melakukan bunuh diri. Setelah melakukan berbagai wawancara menunjukkan bahwa pelaku kemungkinan mengalami masalah kejiwaan.
Kedua seniman juga diduga mempunyai beragam pemicu stres, yang terkait dengan karya seni (lukisan), hubungan pribadi dengan kekasih dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat kedua seniman memutuskan untuk bunuh diri, tulis Nova dalam bukunya.
Beberapa tanda-tanda peringatan (warning sign) sebenarnya sudah terlihat menjelang bunuh diri terlihat dari karya lukis yang depresif (untuk membuktikannya Nova menggunakan juga teknik triangulasi dengan melakukan analisis lukisan bersama kurator lukis, budayawan, dan psikiater Eugen Koh dari The Dax Centre - University of Melbourne sebagai pakar seni dan penyembuhan (art and healing).
Hasilnya menunjukkan kedua seniman memperlihatkan sikap kuat menghadapi berbagai persoalan maupun penyakit yang menyertainya. Serta juga ada perasaan bersalah dan berdosa.
Buku itu membahas tentang misteri dari tindakan bunuh diri itu sendiri, kecenderungan bunuh diri di kalangan kreatif, apa peran masing-masing kita dalam upaya pencegahan bunuh diri.
Selain itu, penting sekali agar masyarakat bisa membangun empati kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga bunuh diri, alih-alih menjadikan mereka obyek stigma.
Nova menunjukkan bahwa walaupun kedua pelukis ini telah tidak ada tetapi melalui buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma, dirinya merasa ikut belajar tentang perjalanan hidup seseorang.
Bahwa setiap orang punya cerita dan masalahnya masing-masing, sehingga penting sekali bagaimana kita berperan dalam kebaikan bagi sesama manusia.
Hemingway
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma diselingi intermeso berjudul "Diantara Hemingway, Sartre, DeBeauvoir, dan Che Guevara."
Intermeso ini merupakan hasil napak tilas Nova terhadap penulis pemenang novel sastra yang juga bunuh diri, Ernest Hemingway.
Dalam berbagai kesempatan saat ke Casablanca - Maroko, Idaho - AS, Havana - Kuba, dan Paris - Perancis, Nova menggunakan waktu luang untuk mengikuti jejak Hemingway semasa hidupnya. Napak tilas dilakukan tahun 2011, 2012, 2018 dan 2019.
Konsistensi Nova juga dilanjutkan sampai 2019 saat ia promosi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan menghasilkan disertasi berjudul "Deteksi Dini Faktor Risiko Ide Bunuh Diri Remaja SMA/SMK di DKI Jakarta".
Ia menghasilkan instrumen deteksi dini faktor risiko ide bunuh diri sebagai bagian dari upaya pencegahan.
Buku dari disertasi ini sudah melalui proses penyuntingan yang dilakukan oleh Imelda Bachtiar.
Nova mengeluarkan dua seri buku bunuh diri berdasarkan penelitian sehingga dari segi akurasi tidak diragukan lagi.
Buku ini diperkaya dari pengalaman Nova sebagai peneliti, penulis, juga praktik sebagai psikiater profesional, serta pembicara di berbagai forum.
Isi dalam buku juga banyak diambil saat Nova aktif dalam organisasi seperti Sekretaris Jenderal Asia Federation of Psychiatric Associations (AFPA), Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia) dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta (PDSKJI – Jaya).
Melalui buku ke-12 ini Nova mengajak pembaca untuk peduli menjelajah jiwa manusia dalam lingkup terdekat di lingkungan kita sendiri dan menghapus stigma sehingga bunuh diri bisa dicegah.
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma akan dijual di seluruh toko buku Gramedia secara nasional ini diperkirakan bakal diterima masyarakat luas.
Bahkan dengan dukungan data penelitian yang akurat buku ini akan memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020