Bengkulu (ANTARA) - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah meminta pihak maskapai yang melayani rute penerbangan dari dan menuju Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu melakukan pemeriksaan kelayakan pesawat sebelum take off atau lepas landas.
Hal itu disampaikannya menyusul insiden kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 jurusan Jakarta-Pontianak yang membawa 50 orang penumpang dan 12 kru di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/01) lalu.
"Sebagai kepala daerah kami meminta kepada maskapai penerbangan untuk memastikan kondisi pesawat layak terbang dengan melakukan pemeliharaan rutin karena ini menyangkut keselamatan masyarakat," kata Rohidin di Bengkulu, Senin.
Menurut gubernur, pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) penerbangan termasuk pemeliharaan dan pemeriksaan berkala kelayakan maskapai adalah hal yang wajib dilakukan pihak maskapai.
Selain itu, Gubernur Bengkulu juga menyampaikan ungkapan bela sungkawa terhadap insiden kecelakaan pesawat Sriwijaya SJ182 jurusan Jakarta-Pontianak.
"Mudah-mudahan para korban khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan hikmah meski kondisinya berat sekali," ucap Rohidin.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bengkulu Darpinudin memastikan tidak ada warga Provinsi Bengkulu yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 jurusan Jakarta-Pontianak.
Hal itu, kata dia, ditandai dengan tidak adanya masyarakat yang melapor sebagai keluarga ataupun kerabat korban jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 jurusan Jakarta-Pontianak.
"Jika ada korban berasal dari Bengkulu, pasti sudah masuk laporannya sejak Sabtu kemarin," katanya.
Sebelumnya, Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Gubernur Bengkulu minta maskapai cek kelayakan pesawat sebelum terbang
Senin, 11 Januari 2021 23:05 WIB 1334