Bengkulu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bengkulu siap mengusulkan tiga tokoh pejuang kemerdekaan dari daerah itu untuk ditetapkan menjadi pahlawan nasional yaitu AM Hanafi, Indra Cahya dan Abdul Rifai.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah di Bengkulu, Rabu menjelaskan upaya untuk mengusulkan pahlawan nasional itu, salah satunya dengan membentuk Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Bengkulu.
Tim tersebut nantinya akan bekerja melakukan pengkajian dan penelitian terhadap tokoh Bengkulu yang berjasa, baik terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia maupun berjasa terhadap pendirian Provinsi Bengkulu.
"Jadi ada tiga nama yang layak untuk kita usulkan mendapat gelar pahlawan nasional. Pekerjaan pertamanya adalah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan," katanya.
Menurut dia Provinsi Bengkulu memiliki catatan sejarah tersendiri yang sangat berarti bagi kemerdekaan Indonesia dan bahkan ada banyak tokoh-tokoh Bengkulu pada masanya yang memiliki kontribusi besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan membangun bangsa.
Saat ini, kata dia, baru dua tokoh Bengkulu yang mendapatkan pengakuan dan ditetapkan menjadi pahlawan nasional karena berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yaitu Ibu Agung Fatmawati Soekarno dan Hazairin yang merupakan ahli hukum adat yang menjadi Residen Bengkulu pada tahun 1946.
Rohidin menilai semakin banyak tokoh-tokoh Bengkulu yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional maka akan membawa pengaruh besar bagi Bengkulu untuk dikenal luas di berbagai wilayah Indonesia.
Salah satu yang akan diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional yaitu AM Hanafi yang memiliki peran dalam perjuangan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia bersama Bung Karno.
Pada dekade awal kemerdekaan Indonesia, AM Hanafi ditunjuk Presiden Soekarno menjabat sebagai Menteri Urusan Tenaga Rakyat tahun 1957 hingga 1960. Kemudian pada 1963 hingga 1965 menjadi Duta Besar RI untuk Kuba.
AM Hanafi lahir di Bengkulu pada 1918 dan meninggal di Paris, Prancis pada 2 Maret 2004 dalam usia 85 tahun.
Dia menyematkan AM di nama depannya yang merupakan kepanjangan dari "Anak Marhaen" sebagai wujud kekagumannya kepada Bung Karno.
Tokoh selanjutnya yang diusulkan menjadi pahlawan nasional yaitu Indra Cahya. Dia merupakan Residen Bengkulu yang diangkat pada 3 Oktober 1945. Sehari setelah dia diangkat barulah bendera Merah Putih untuk pertama kali dikibarkan di Kota Bengkulu, yaitu pada 4 Oktober 1945.
Nama Indra Cahya saat ini diabadikan menjadi salah satu nama jalan protokol, tepatnya di Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu.
Kemudian Abdul Rifai. Dia adalah orang Indonesia pertama yang meraih gelar dokter di Belanda. Di kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam dan tamat tahun 1908.
Abdul Rifai lahir di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu pada 13 Agustus 1871. Selain berjasa di bidang kesehatan, Abdul Rifai juga berjasa di bidang pendidikan dan pers di Indonesia.
Di bidang kesehatan, dia berjasa sebagai perintis ahli mikrobiologi yang diperolehnya dari Institut Pasteur di Negeri Belanda yang kemudian dikembangkannya di Indonesia.
Sedangkan di bidang pendidikan, Abdul Rifai adalah orang pertama yang mengusulkan berdirinya Yayasan Semarak Bengkulu 1928 yang kemudian menjadi wadah berhimpun mahasiswa Bengkulu.
Di bidang pers, dia memrakarsai penerbitan Surat Kabar "Pewarta Wolanda" di Amsterdam, Belanda pada tahun 1900. Surat kabar ini unik karena hadir dengan bahasa Melayu.
Ia juga sering mengirim tulisannya ke berbagai media surat kabar yang terbit di Belanda maupun di Tanah Air.
Pada tahun 1974 Abdul Rifai mendapat penghargaan di bidang pers oleh pemerintah saat itu yakni penghargaan Anugerah Gelar Perintis Pers.