Bengkulu (ANTARA) - Pemuda Bengkulu bernama Rehan Aradea lulusan Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) jurusan Ekonomi Manajemen membentuk bank sampah diberi nama Melah Nabung Sarok (MNS) artinya ayo menabung sampah, sebagai salah satu solusi mengatasi permasalahan sampah khususnya di wilayah Kota Bengkulu.
"Awalnya karena keresahan, sebab sudah lama tinggal di kawasan Pondok Besi, banyak sekali sampah berserekan dan kumuh, selain itu Pondok Besi memiliki pantai diapit tiga aliran siring yang banyak sampahnya," kata Rehan saat memilah sampah plastik di rumahnya di Pondok Besi, Sabtu.
Selain itu Rehan juga miris melihat anak-anak di kompleksnya sering mandi di pantai namun tidak jarang anak-anak tersebut mandi di parit yang berisi sampah.
Kemudian ia juga prihatin saat membantu orang tuanya berjualan di Pasar Baru Koto Bengkulu, banyak sampah berserakan, tidak ada habisnya.
Kondisi ini menjadi pemicu bagi Rehan untuk mencari solusi mengatasi sampah yang berserakan di wilayah Kota Bengkulu namun juga bernilai ekonomis.
"Rencana membangun bank sampah ini awal kuliah dulu namun tidak terealisasi karena kesibukan kuliah dan kerja sebab ini harus fokus," katanya.
Secara resmi bank sampah MNS terbentuk pada 5 Maret 2021 dan langsung bergerak dan hingga saat ini bank MNS memiliki 18 orang nasabah yang terdiri dari masyarakat dan pedagang.
Para nasabah menyerahkan sampah plastik yang sudah dipilah ke bank dan nilainya akan ditentukan dengan jenis plastik dan volumenya.
"Nilai rupiah dari sampah itu akan ditabung di bank, bila jumlahnya sudah bnyak bisa ditarik nasabah," katanya.
Rehan menjelaskan selain untuk membersihkan lingkungan program ini juga memiliki nilai ekonomis serta mengenalkan kepada masyarakat bagaimana cara memilah sampah dan mengenalkan harga plastik.
Untuk harga sampah khususnya sampah plastik bermacam-macam mulai dari Rp1.500 hingga Rp2.500 per kilogram.
Sedangkan untuk sampah organik, pihaknya belum bisa mengumpulkanya sebab kediamannya berlokasi di Jalan Letda Abuhanifah RT06 RW02 no 18 Kelurahan Pondok Besi Kecamatan Teluk Segara yang padat penduduk yang nantinya menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat sekitar karena sampah organik memiliki bau yang menyengat.
"Kedepannya kami ingin masyarakat mengumpulkan semua jenis sampah termasuk sampah organik," ujarnya.
Lanjut Rehan, kedepannya bank MNS akan memiliki alat pencacah plastik agar sampah plastik dari masyarakat memiliki harga jual yang lebih tinggi.
Sementara itu terkait program pemerintah Kota yaitu merdeka sampah, Rehan menyebutkan bahwa program tersebut kurang efektif sebab tidak mungkin masyarakat setiap minggu membersihkan pantai sedangkan hal yang paling penting dalam mengatasi sampah yaitu dengan cara mengolah serta memanfaatkan sampah tersebut.
Ia berharap agar kedepannya ada bank unit sampah khususnya di Kota Bengkulu sehingga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan karena sampah tersebut bernilai ekonomi.
Sedangkan untuk Pemerintah Kota Bengkulu agar dapat mendukung kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sampah khususnya bank sampah MNS.
"Karena ini dilakukan secara mandiri sehingga dapat bersinergi dalam artian memobilisasi seperti memberikan kendaraan untuk mengangkut sampah, tempat sampah dan berinvestasi dalam bentuk barang jangan uang," tegas Rehan.
Untuk mensosialisasikan bank sampah MNS ini pihaknya dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu, Karang Taruna serta Kelurahan Pondok Besi.
"Melah Nabung Sarok" solusi kegelisahan penanganan sampah di Bengkulu
Sabtu, 27 Maret 2021 20:38 WIB 6534