Bengkulu (Antara) - Sebanyak 10 orang tokoh adat dan tokoh
masyarakat Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Rabu mendatangi
Anggota DPRD Provinsi Bengkulu menuntut pemerataan pembangunan di pulau
terluar itu.
"Kami menuntut hak sebagai warga negara untuk menikmati pemerataan
pembangunan, baik infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan ekonomi,"
kata Ketua Yayasan Karya Enggano, Muhammad Basyir Kauno di Bengkulu,
Rabu.
Ia mengatakan pemerintah daerah Provinsi Bengkulu sudah membuat
Surat Keputusan (SK) Gubernur Bengkulu pada 2003 tentang Pembangunan
Terpadu Pulau Enggano.
Dalam surat tersebut pemerintah menyepakati bahwa APBN, APBD provinsi dan kabupaten sah untuk membangun Pulau Enggano.
"Tapi kenyataannya selama 11 tahun SK itu terbit tidak ada
realisasi," katanya, dalam rapat dengar pendapat dengan sejumlah anggota
DPRD Provinsi Bengkulu dipimpin Wakil Ketua I DPRD Elmi Supiati di
Gedung DPRD.
Bahkan pada tahun anggaran 2014, tidak ada anggaran dari APBD provinsi dan APBD kabupaten yang dikucurkan ke Pulau Enggano.
Kondisi infrastuktur jalan yang rusak parah kata Kauno menjadi
keluhan utama masyarakat di pulau terluar berjarak 106 mil dari Kota
Bengkulu itu.
"Jalan rusak parah sepanjang 17 kilometer membuat masyarakat rugi,
pengangkutan hasil bumi terhambat, bahkan siswa terpaksa diliburkan
karena jalan tidak bisa dilalui," katanya menerangkan.
Tokoh masyarakat Pulau Enggano lainnya Ferdinan Kaharubi meminta
pemerintah sebaiknya menjadikan Pulau Enggano sebagai wilayah khusus
dengan pengelolaan di bawah Pemprov Bengkulu.
"Atau minimal masuk wilayah administrasi Kota Bengkulu, sebab kalau ke Bengkulu Utara sangat jauh," ujarnya.
Pelayaran ke Pulau Enggano dari Kota Bengkulu membutuhkan waktu 12
jam dalam kondisi cuaca normal. Selanjutnya menuju Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara mencapai waktu tempuh dua jam.
Menurutnya perlu semacam otorita untuk pengelolaan Pulau Enggano
yang saat ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara yakni Kecamatan Pulau Enggano.
Wakil Ketua I DPRD Provinsi Bengkulu Elmi Supiati mengatakan siap
memfasilitas masyarakat Enggano untuk merealisasikan kebutuhan
pembangunan di pulau itu.
"Kami juga sudah mendapat salinan SK Gubernur tentang Pembangunan
Terpadu Pulau Enggano, ini akan menjadi bahan merealisasikan pembangunan
di pulau terluar itu," katanya.
Pulau Enggano didiami lebih dari 2.800 jiwa yang terdiri dari lima
suku asli yakni Kauno, Kaharubi, Kaahua, Kaharuba dan Kaitora. Sedangkan
bagi pendatang diberi nama suku Kamay. (Antara)
Warga Enggano datangi DPRD tuntut pemerataan pembangunan
Rabu, 5 Februari 2014 16:47 WIB 1804