Bengkulu (Antara) - Limbah batubara berbentuk butiran halus berwarna hitam mencemari perairan Pantai Jakat Kota Bengkulu, Senin.
"Dalam sepekan ini ratusan warga mengambil limbah tersebut, bisa dijual seharga Rp12 ribu per karung," kata Hamdani, nelayan di Pantai Jakat.
Pantauan di Pantai Jakat, ratusan warga menggunakan jaring halus untuk mengambil limbah batubara itu.
Dugaan nelayan dan warga setempat, limbah itu berasal dari dua sumber yakni aliran Sungai Air Bengkulu dan dari kawasan Pulau Tikus.
"Batubara dari Pulau Tikus itu tumpahan dari bongkar muat batubara dari kapal tongkang ke kapal besar," ujarnya.
Hamdani yang sedang menarik jaring ikan di tepi pantai itu mengatakan limbah batubara akan terangkat ke tepi pantai saat arus laut kencang.
Salah seorang pengumpul limbah batubara, Permain mengatakan mampu mengumpulkan batubara hingga 20 karung per hari. Aktivitas mengambil batubara kata dia sudah berlangsung sejak 2009 dan pada saat tertentu, batubara yang naik ke pantai sangat tebal.
"Sekarang lagi banyak batubara naik ke pantai, kami bisa mengumpulkan 20 karung per hari," katanya.
Ia mengatakan setiap hari mulai pukul 04.00 WIB mengumpulkan limbah di pantai itu. Bahkan sebagian pengumpul limbah lainnya mulai mengais rejeki dari limbah batubara sejak pukul 12.00 WIB.
Salah seorang pengepul batubara, Damri mengatakan bisa mendapat 40 ton batubara per hari dari para pengumpul limbah itu.
"Sehari saya bisa mendapatkan 40 ton yang diangkut dua truk, masing-masing bermuatan 20 ton dan langsung dikirim ke Jakarta," katanya.
Harga yang dibeli dari pengumpul Rp12 ribu per karung dan dijual seharga Rp500 per kilogram.
Biasanya kata dia, batubara halus tersebut digunakan untuk pabrik tekstil di Jakarta.
Pantai Jakat masih tercemar limbah batubara
Senin, 17 Februari 2014 13:17 WIB 4031