"Memang sekarang tokoh itu bukan calon peserta pemilu, atau masih birokrat saat ini, tapi saat pendaftaran calon nanti ternyata tokoh tersebut ikut jadi peserta pemilu, pemilukada, atau dia jadi kader parpol. Akhirnya foto dengan tokoh tersebut belakangan bisa jadi masalah untuk netralitas," kata Asisten III Pemerintah Provinsi Bengkulu Nadar Munadi di Bengkulu, Selasa.
Era digital ini kata dia kadang-kadang ASN tidak menyadari bahaya berswafoto. ASN lalai ketika melihat tokoh yang terkenal, bangga dengan seorang tokoh, tapi ternyata mereka memiliki identitas partai politik.
"Kita (ASN) tidak sadar minta foto, kemudian lalai diposting di media sosial bisa, Instagram, Twitter ataupun Facebook. Nah ini bisa jadi ancaman bagi ASN pada saat hari pesta demokrasi nanti," kata dia.
Menurut dia, pekan lalu mantan Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi berkunjung ke Provinsi Bengkulu, sebagai sosok yang pernah memimpin pemerintahan daerah mungkin saja ada para ASN yang mengagumi TGB.
Namun, dia menegaskan agar para ASN Bengkulu yang menyambut kunjungan TGB untuk tidak berswafoto, karena akan bermasalah pada netralitas ASN di kemudian hari.
"Kemarin di Provinsi Bengkulu, hadir salah satu Ketua Harian Partai Perindo Tuan Guru Bajang mantan Gubernur NTB, Saya mengingatkan kepada teman-teman tidak usah foto-foto, di posisi sekarang mungkin aman karena belum tahapan kampanye, tetapi takutnya nanti ketika menjelang mendekati hari H," kata dia.
Walaupun, lanjut Nadar ASN yang berswafoto tidak mengunggah ke media sosial, tapi ada kemungkinan pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab mengunggah foto tersebut untuk merusak netralitas ASN.
"Dikeluarkan pada menjelang atau saat dimulai pemilu termasuk pemilukada, nah ini berbahaya," ujarnya.
Nadar mengingatkan para ASN memang tidak dicabut hak politiknya, ASN masih bisa menjatuhkan pilihannya pada peserta pemilu tertentu.
"Tetapi itu di dalam bilik suara, tidak di luar itu, ASN tidak boleh berpolitik praktis. Cukup bekerja secara berintegritas dan profesional saja," ujarnya.