Kota Bengkulu (ANTARA) - Penambangan emas di bumi Indonesia berkembang sejak era kolonial Belanda. Pada 1850, pemerintah Hindia Belanda membentuk badan pengelolaan dan penyelidikan geologi yaitu Dienst van het Mijnwezen di Batavia.
Melalui badan ini, wilayah penyelidikan geologi dan mineral diperluas ke seluruh pelosok Nusantara. Pada masa ini, tambang emas yang pertama kali beroperasi yaitu Lebong, yang kini menjadi bagian dari Provinsi Bengkulu. Pegunungan Rejang yang meliputi wilayah Lebong menarik perhatian.
Tambang Lebong Donok, Bengkulu pada tahun 1899 dan tambang Lebong Tandai, Bengkulu sekitar tahun 1906-1910 yang kemudian disusul oleh tambang lainnya, seperti Simau (1910), Mangani (1913), Salida ( 1914), Lebong Simpang (1921), dan Tambang Sawah (1923).
Baca juga: Saat kiai dan santri melawan penjajah
Baca juga: 32 tahun Palestina merdeka dan harapan lepas dari penjajah
Penelitian berjudul Eksplorasi dan Eksploitasi Penambangan Emas Lebong Donok (Bengkulu) Tahun 1897-1942 menyebut daerah eksplorasi bijih emas di Lebong Donok merupakan ekplorasi dari Eugene Kassel. Sosok ini menemukan aktivitas penambangan dari sosok warga setempat bernama Haji Ismael.
Setelah itu, proses ekplorasi dilakukan perusahaan swasta Belanda bernama Minjbouw Maatschappij Redjang Lebong mulai tahun 1897.
Tambang emas di Lebong Donok ini kemudian membuka jalur tambang emas lain, di antaranya Lebong Sulit yang dikelola oleh Mijnbouw Maatschappij Lebong Sulit, Lebong Simau (Maatschappij Simau). Sedangkan Lebong Simpang dan Lebong Sawah dioperasikan perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda.
Selama 12 tahun menjalani ekplorasi, sejak 1899-1911, Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong mendapat 33,5 juta bruto kilogram logam mulia (emas dan perak).
Sejarah penting! Penjajah Belanda yang kuras emas di Lebong, Bengkulu, sampai nyaris habis
Rabu, 13 September 2023 11:06 WIB 10156