Israel kian terisolasi, sudah menyerupai negara paria
Minggu, 12 Mei 2024 10:51 WIB 1220
Ben Gvir adalah salah satu tokoh kanan Israel yang menganjurkan pembinasaan total Hamas dan pengusiran penduduk Palestina dari Gaza ke Sinai di Mesir.
Sementara itu, sejumlah negara Barat mengambil langkah lebih jauh. Irlandia dan Spanyol menyatakan bakal segera memberikan pengakuan formal kepada negara Palestina, disusul Malta dan Slovenia.
Sedangkan di Amerika Selatan, Kolombia menjadi negara kedua di kawasan itu yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel setelah Bolivia.
Tsunami diplomatik itu juga diikuti oleh gelombang embargo dan boikot ekonomi, termasuk seruan embargo perdagangan yang saat ini semakin kencang disuarakan dalam forum Uni Eropa.
Mengutip laporan The Guardian, para pemimpin Uni Eropa tengah mempelajari kemungkinan menjatuhkan embargo kepada produk-produk Israel yang dihasilkan dari daerah-daerah Palestina yang dicaplok para pemukim Yahudi.
Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo, yang sedang mengetuai Dewan Uni Eropa, juga tengah melobi anggota-anggota Uni Eropa agar menjatuhkan embargo perdagangan kepada Israel, dengan alasan negara ini melanggar jaminan hak asasi manusia dalam kesepakatan kerjasama Uni Eropa-Israel.
Sementara itu Turki yang bukan anggota Uni Eropa tapi terikat dengan aliansi pertahanan NATO dan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, melangkah lebih jauh dengan memberlakukan embargo perdagangan penuh kepada Israel.
Tak hanya perdagangan, seruan boikot dan embargo juga merambah kepada atlet, akademisi, dan seniman Israel.
Seruan untuk melepaskan diri dari kaitan dengan Israel juga terus didengungkan di mana-mana, termasuk oleh para mahasiswa di kampus-kampus ternama di Barat.
Mereka meminta perguruan tinggi-perguruan tinggi yang menjadi tempat mereka berkuliah, agar memutuskan hubungan dan pertalian dengan Israel atau individu dan lembaga yang memiliki kaitan dengan Israel.
Tersingkir dari komunitas global
Dalam kata lain, kritik dan kecaman terhadap Israel semakin luas dan keras, seiring dengan sikap pemerintahan Netanyahu yang kian nekad di Jalur Gaza. Kantong Palestina itu sudah kehilangan 30-an ribu nyawa manusia yang kebanyakan anak-anak dan wanita, dan diancam bencana kemanusiaan serta kelaparan, selain harus mendapati kenyataan 70 persen bangunan di sana rata dengan tanah, termasuk rumah sakit, gereja, mesjid, dan kampus-kampus Palestina.