Bengkulu (ANTARA) - Seni, pada umumnya, dapat dinikmati melalui keindahannya yang terlihat. Namun, bagaimana jika sebuah karya seni tidak memiliki wujud fisik? Inilah yang dilakukan oleh seniman asal Italia, Salvatore Garau.
Pada tahun 2021, Garau berhasil menjual sebuah karya seni immaterial—sebuah patung yang tidak memiliki bentuk fisik—dengan harga yang mencengangkan, yaitu 15 ribu Euro (sekitar Rp253,7 juta). Karya seni ini menantang pemahaman tradisional tentang seni.
Alasannya, meskipun tidak terlihat, Garau berpendapat bahwa karya ini tetap nyata "dalam pikiran dan ruang yang mengelilinginya." Ia menegaskan bahwa seni tidak selalu harus berbentuk objek yang terlihat, melainkan bisa berupa energi dan konsep.
“Bentuk seni sesuai dengan kepercayaan masing-masing,” ungkap salah satu pengguna Instagram di postingan media sosial yang viral baru-baru ini.
Pembeli karya ini menerima sertifikat keaslian sebagai bukti kepemilikan, meskipun tidak ada objek nyata yang dapat dipajang. Garau menginstruksikan agar patung ini ditempatkan di ruangan kosong dengan pencahayaan khusus dan ukuran tertentu untuk "menghormati kehadirannya".
Karya Lain yang Tak Kasat Mata
Karya Io Sono bukanlah satu-satunya karya seni tak kasat mata yang diciptakan oleh Garau. Sebelumnya, ia juga menciptakan patung serupa berjudul Buddha in Contemplation, yang dipajang di Piazza della Scala, Milan, meskipun tidak ada wujud fisik yang terlihat di lokasi tersebut.
Kontroversi dan Perdebatan
Penjualan karya seni immaterial ini memicu perdebatan di kalangan publik dan pecinta seni. Sebagian orang menganggapnya sebagai bentuk eksplorasi seni konseptual yang mendobrak batasan tradisional, sementara yang lain melihatnya sebagai ironi dalam dunia seni modern.
Mereka yang mendukung ide Garau berpendapat bahwa seni bukan hanya tentang objek fisik, tetapi juga gagasan dan interpretasi. Konsep ini menantang batasan tradisional seni dan menunjukkan bahwa nilai sebuah karya bisa datang dari pemikiran dan interpretasi yang dihasilkan.
Namun, tidak sedikit yang menganggap penjualan karya tak kasat mata ini sebagai absurditas atau bahkan penipuan. Kritik ini datang dari mereka yang meyakini bahwa seni harus memiliki bentuk nyata agar bisa diapresiasi. Beberapa orang melihat fenomena ini sebagai contoh ekstrem dari spekulasi pasar seni yang kadang tidak masuk akal.
Kritik terhadap Kapitalisme dalam Seni
Kasus ini menunjukkan bagaimana nilai seni sering kali ditentukan oleh narasi dan reputasi seniman, bukan hanya bentuk fisiknya. Beberapa kalangan melihat ini sebagai kritik terhadap kapitalisme dalam industri seni, di mana konsep bisa lebih bernilai daripada objek nyata.
Dengan demikian, Salvatore Garau berhasil membuktikan bahwa dalam dunia seni, gagasan dan konsep bisa lebih berharga daripada bentuk fisik itu sendiri, membuka diskusi yang lebih luas tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan seni.