Bengkulu (ANTARA) - Rencana pemindahan paksa warga Gaza Palestina kembali menjadi sorotan dunia setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap relokasi permanen mereka. Rencana ini menuai kritik keras dari berbagai negara dan organisasi internasional yang menilai bahwa tindakan tersebut melanggar hukum humaniter dan hak asasi manusia.
Beberapa pakar bahkan membandingkan situasi ini dengan sejarah pengusiran suku Indian dari tanah leluhur mereka di Amerika Serikat pada abad ke-19.
Dalam sejarah AS, suku Indian dipaksa meninggalkan tanah mereka melalui Indian Removal Act atau UU Pemindahan Suku Indian tahun 1830 yang ditandatangani Presiden AS Andrew Jackson. Aturan ini mengakibatkan penderitaan besar, termasuk peristiwa Trail of Tears (Jejak Air Mata) yang menewaskan ribuan orang akibat kelaparan, penyakit, dan kondisi perjalanan yang buruk.
Pengusiran tersebut dilakukan dengan dalih bahwa kehidupan suku Indian tidak sesuai dengan perkembangan modern Amerika. Kini, narasi serupa kembali muncul dalam isu Gaza, di mana warga Palestina disebut akan direlokasi demi pembangunan dan stabilitas kawasan.
Kesamaan antara nasib suku Indian dan warga Gaza terlihat dari penggunaan dalih kesejahteraan untuk melegitimasi pemindahan paksa, dukungan pemerintah dan militer dalam proses pengusiran, serta perebutan tanah yang kaya sumber daya oleh pihak yang lebih kuat. Jika sejarah pengusiran suku Indian kembali terulang di Gaza, hal ini berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan yang lebih besar serta menghilangkan hak rakyat Palestina atas tanah leluhur mereka.
Setidaknya, ANTARA News merangkum delapan hal kesamaan itu, di antaranya sebagai berikut:
1. Pemindahan paksa dengan dalih "kesejahteraan"
Indian Removal Act menjadi landasan hukum mengusir suku Indian dengan dalih demi kesejahteraan mereka. Kini, Donald Trump mengusulkan relokasi warga Gaza dengan alasan pembangunan kembali daerah yang digempur habis-habisan oleh Israel agar lebih maju, meski pada dasarnya mereka dipaksa pergi.
2. Perebutan tanah subur dan kaya sumber daya
Wilayah suku Indian yang kaya akan tanah subur diincar pemukim kulit putih untuk ekspansi perkebunan kapas. Hal serupa terjadi di Gaza, di mana Israel ingin mengontrol wilayah strategis yang memiliki sumber daya alam penting seperti gas alam di lepas pantainya.
Baca juga: Kanada anggap tak patut AS berlakukan tarif impor ke negara tetangga
Baca juga: Soal pernyataan Trump ingin akusisi Greenland, China rujuk Piagam PBB
3. Dukungan pemerintah dan militer dalam pengusiran
Pengusiran suku Indian didukung oleh Kongres AS dan kekuatan militer untuk memuluskan pemindahan paksa mereka. Begitu pula dengan warga Gaza, di mana Israel dengan sokongan AS menggunakan kekuatan militer untuk menciptakan situasi yang membuat mereka sulit bertahan di tanah sendiri.