Bengkulu (ANTARA) - Organisasi Masyarakat Sipil Sumatera Terang untuk Energi Bersih (STuEB) meminta Danantara tidak berinvestasi pada gasifikasi batu bara serta industri-industri turunan yang melanggengkan batu bara.
"Danantara sebagai superholding harus berfungsi menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang dengan investasi yang menyasar pada pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan," kata Konsolidator STuEB Ali Akbar di Bengkulu, Rabu.
Ia mencontohkan Temasek berinvestasi menyasar pada teknologi dan informasi yang di masa depan terus dimanfaatkan dan terus bertumbuh, bukan berinvestasi pada sumber daya alam yang menjadi pangkal energi kotor.
Sementara, menurut Organisasi Masyarakat Sipil STuEB itu pembiayaan eksplorasi pada sumber daya alam seperti hilirisasi batu bara merupakan kebijakan yang tidak populis di masa sekarang maupun masa depan.
"Pengelolaan sumber daya alam seperti batubara yang pada satu sisi akan habis dan pada sisi lain sudah dimusuhi secara global," kata dia.
Investasi yang bertumpu pada sumber daya alam yang terbatas seperti batu bara lanjut dia dapat dipastikan tidak akan berkelanjutan.
"Ketika dunia internasional sudah mundur dari investasi energi kotor, Indonesia lewat Danantara (jangan) melakukannya,” ucapnya.
Dia mengatakan dana yang terhimpun di Danantara juga berasal dari efisiensi berbagai program dan sudah seharusnya dapat dinikmati langsung oleh rakyat, seperti untuk peningkatan sektor pendidikan, kesehatan hingga pengentasan kemiskinan.
Direktur Hutan Kita Institut (HaKI) Sumatera Selatan Deddy Permana menyatakan produk energi fosil terutama batu bara akan memperburuk krisis iklim karena emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan.
Ia menilai pendanaan untuk industri batu bara tujuannya lebih hanya untuk menjaga agar industri ini terus berlanjut.
Pembiayaan tersebut bertolak belakang dengan komitmen terhadap transisi energi menuju net zero emission pada 2060.