Bengkulu (ANTARA) - Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HMPI) menyatakan warga Provinsi Bengkulu di sejumlah wilayah mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) termasuk jenis pertamax dan dexlite yang disalurkan Pertashop, bahkan harga eceran bukan penyalur resmi jauh lebih mahal.
"Sejumlah warga di Kabupaten Kaur, Mukomuko, Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah (yang jauh aksesnya dari SPBU dan mengandalkan Pertashop) mengeluhkan kekosongan stok BBM ini. Bahkan penjual eceran (Pertamini atau Pertabotol) itu harganya mencapai Rp17.000 per liter," kata Ketua Umum DPP HPMPI Steven lewat pesan elektronik di Bengkulu, Sabtu.
Steven menyampaikan hal itu menyikapi keluhan masyarakat dan juga para pengusaha Pertashop di Provinsi Bengkulu yang mengalami kekosongan diakibatkan oleh keterlambatan pengantaran BBM dari Pertamina.
"Setelah ditelusuri memang ini penyebab utamanya adalah pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu yang menyebabkan kapal pengangkut BBM tidak dapat masuk, dan akhirnya Terminal BBM Pertamina Pulau Baai itu mengalami kekosongan," kata dia lagi.
Karena situasi tersebut, kata dia pula, BBM didistribusikan Pertamina untuk 200 Pertashop yang ada di Bengkulu melalui jalur darat dari terminal BBM mereka yang ada di Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan.
Pendistribusiannya pun mengalami keterlambatan berhari-hari, bahkan sampai seminggu lebih dan tidak bisa juga berbarengan seluruh Pertashop mendapatkan distribusi.
Oleh karena itu pula kekosongan BBM di Pertashop jadi lebih lama, dan selama kekosongan itu masyarakat tidak mendapatkan distribusi BBM, khususnya masyarakat pedesaan yang jauh dari akses SPBU Pertamina, pelanggan Pertashop.
"Jumlah Pertashop yang ada di Provinsi Bengkulu saat ini ada 200 Pertashop. Saya berharap dari pemerintah dan juga Pertamina segera mengambil langkah yang cepat. Mari kita sama-sama mencari solusi yang terbaik agar setiap Pertashop yang ada di Provinsi Bengkulu ini dapat segera mendapatkan penyaluran BBM, dan masyarakat yang berada di daerah menggantungkan kebutuhan BBM pada Pertashop dapat segera mendapat suplai," ujarnya lagi.
Sebelumnya, alur Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu mengalami pendangkalan dan akhirnya pada akhir Maret lalu kapal tidak bisa masuk lagi ke dermaga pelabuhan termasuk kapal pengangkut BBM Pertamina.
Kemudian pada 15 April 2025 alur pelabuhan sedikit membaik, uji coba kapal penyeberangan KMP Pulo Tello sudah bisa lewat keluar masuk dermaga, namun kapal pengangkut BBM Pertamina masih belum dapat bersandar di dermaga.
Kondisi tersebut membuat Pertamina mendistribusikan lewat jalur darat dari terminal BBM mereka yang ada di provinsi tetangga Bengkulu. Namun, jumlah BBM yang dibutuhkan terbatas, bahkan Pertashop kesulitan mendapatkan distribusi, dan baru dapat 5-7 hari sejak pemesanan BBM.
Akibatnya selama itu pula, BBM yang ada di Pertashop mengalami kekosongan dan masyarakat yang merupakan warga pedesaan sebagai konsumen Pertashop kesulitan mendapatkan BBM untuk kebutuhan harian mereka.