Bengkulu (ANTARA) - Film terbaru karya Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri, telah resmi tayang di bioskop Indonesia sejak 17 April 2025. Sinema bergenre thriller-aksi ini mengangkat isu sosial yang mendalam, menggambarkan situasi Indonesia pada tahun 2027 yang dipenuhi ketegangan rasial dan sosial.
Dilansir dari Instagram @Joko Anwar pada Kamis, dalam tujuh hari penayangan telah disaksikan 600 ribu lebih penonton. Film ke-11 Joko Anwar ini bukan begenre horor, tetapi malah terasa lebih mengerikan. Meski demikian, di balik kengerian itu terdapat pesan penting sebagai bahan refleksi diri.
Jumlah penonton yang melebihi setengah juta dalam beberapa hari penayanan itu menunjukkan antusiasme pecinta sinema Indonesia.
Sejak hari pertama tayang, berbagai komentar penonton membanjiri media sosial, forum diskusi film, dan platform ulasan.
“Sudah Nonton Bang, gila filmnya bagus banget, endingnya ga ketebak,” tulis salah satu netizen.
“Bang gila banget filmnya, Emot rasa terharu,” tulis lainnya.
Banyak penonton memuji bagaimana film ini tidak menyampaikan pesan secara langsung, namun tetap menyampaikan pesan yang kuat dan ada kaitannya.
Pengepungan di Bukit Duri bergenre thriller-action. Meski bukan horor yang menghadirkan sosok hantu, film ini terasa lebih mengerikan karena menampilkan kelakukan manusia seperti iblis.
Awal film memperlihatkan terjadinya kerusuhan, penjarahan, kekerasan fisik mental, dan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Tanpa dijelaskan secara gamblang, adegan tersebut menggambarkan peristiwa mirip seperti yang terjadi pada tahun 1998 di negara ini.
Pengepungan di Bukit Duri juga menyorot sejumlah persoalan sosial yang kerap diabaikan seperti diskriminasi, kekerasan sistemik di lingkungan pendidikan, hingga pendidikan yang tak berpihak pada kaum muda.
Film ke-11 Joko Anwar tayang, penonton sebut ending-nya tidak terduga
Kamis, 24 April 2025 8:39 WIB 2161

Film ke-11 Joko Anwar tayang, penonton sebut ending-nya tidak terduga. (Instagram @jokoanwar)