Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Bundamedik Agus Heru Darjono mengatakan teknologi bedah robotik generasi kedua resmi diadopsi oleh fasilitas kesehatan (faskes) sebagai upaya strategis mempercepat transformasi sistem layanan kesehatan nasional yang lebih modern, presisi, dan berfokus pada pemulihan pasien.
“Inovasi ini bukan semata teknologi canggih, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk kualitas hidup pasien dan peningkatan kompetensi tenaga medis,” ujar Agus dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dalam keterangan yang sama, pelopor bedah robotik di Indonesia, dr. Ivan Rizal Sini menyebutkan sistem bedah robotik generasi kedua ini dinilai memiliki keunggulan yang disempurnakan dari sistem bedah robotik perdana yang ada di RSU Bunda Jakarta.
Sejumlah keunggulan generasi terbaru, katanya, antara lain lengan robotik yang mampu bergerak 360 derajat dengan stabilitas tinggi, kamera 3D berdefinisi tinggi yang dapat memperbesar area operasi hingga 10 kali lipat, serta kemampuan mengurangi tremor pada tangan dokter.
Menurutnya, metode ini hanya memerlukan 3 hingga 5 sayatan kecil berukuran 5–10 milimeter, dibandingkan bedah konvensional yang membutuhkan sayatan sepanjang 10–20 sentimeter. Minimnya sayatan ini turut mengurangi risiko perdarahan dan infeksi, serta menjaga fungsi organ agar tetap optimal pascaoperasi.
“Kini terus dikembangkan untuk menjangkau kebutuhan yang lebih luas,” kata dia.
Adapun sejak 2012, kata Ivan, teknologi bedah robotik itu telah digunakan untuk membantu lebih dari 750 pasien di Indonesia melalui prosedur minimal invasif. Dia menilai teknologi dari Bundamedik menandai era baru dalam praktik bedah minimal invasif dengan presisi tinggi, risiko komplikasi lebih rendah, dan waktu pemulihan yang lebih singkat di Indonesia.
“Karena itu kami juga mengembangkan ekosistem pelatihan bagi dokter Indonesia agar mampu menguasai teknologi ini,” katanya.
Adapun sebagai bagian dari penguatan ekosistem, lebih dari 100 dokter mengikuti lokakarya bedah robotik bertajuk "The Latest Innovation In Surgical Field" pada 28–30 April 2025.
Kegiatan tersebut memberikan sesi teori, simulasi langsung, dan diskusi studi kasus dari berbagai bidang spesialisasi seperti digestif, urologi, obgyn, dan toraks. Para peserta juga mendapatkan Satuan Kredit Profesi (SKP) dari Kementerian Kesehatan.
Hingga saat ini, lebih dari 16 dokter dari berbagai spesialisasi telah tergabung dalam layanan bedah robotik, yang terus dikembangkan melalui pelatihan berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi kedokteran modern.
Agus menambahkan pihaknya berharap penguasaan teknologi ini dapat meluas dan merata, sehingga layanan bedah presisi dapat diakses oleh lebih banyak pasien di Indonesia.