Mukomuko (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko, Provinsi Bengkulu, akan mengeluarkan kebijakan dua kali mengisi absensi dalam sehari bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berbasis Android berdasarkan titik koordinat.
"Kami sedang melakukan pengaturan, rencana absensi dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore, atau saat datang dan pulang kerja ASN," kata Pejabat Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Mukomuko Niko Hafri saat dihubungi dari Mukomuko, Rabu.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko sebelumnya mengeluarkan kebijakan tiga kali sehari absensi ASN di lingkungan pemerintah daerah setempat.
Setelah keluar kebijakan itu, ada ASN di 15 Balai Pertanian Lapangan (BPP) termasuk di sekolah di daerah ini yang tidak mungkin bisa tiga kali sehari absensi karena faktor jarak dari dari titik koordinat untuk melakukan absensi.
Dia mengatakan, kebijakan dua kali sehari absensi itu tidak hanya untuk ASN di BPP, tetapi untuk seluruh ASN di lingkungan pemerintah daerah setempat.
Terkait kebijakan itu, ia mengatakan, pihaknya membuat peraturan bupati (perbup), namun susunan peraturan itu baru sebatas draf.
Dia memastikan, tidak masalah pemkab membuat kebijakan dua kali sehari absensi ASN karena absensi itu tidak ditentukan oleh regulasi lebih tinggi, bisa ditentukan sendiri oleh pemkab.
Selain itu, absensi itu bukan juga menjadi tolak ukur utama dalam penghitungan pembayaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) setiap bulan.
Menurut dia, yang penting kewajiban ASN memenuhi jam kerja sebanyak 7,5 jam per hari selama lima hari kerja dalam satu pekan wajib terpenuhi oleh ASN.
Sementara itu, kata dia, terkait penerapan penggunaan aplikasi absensi ASN berbasis Android berdasarkan titik koordinat masih dalam proses.
"Sudah diterapkan cuma belum terlalu ketat karena dalam proses ada beberapa titik terkendala jaringan atau sinyal internet, tetapi secara umum penerapannya sudah mencapai 90 persen," ujarnya.
Dia menyebutkan, yang menjadi kendala itu di sekolah-sekolah karena titik koordinat di luar sinyal dan mereka menentukan sendiri titik koordinat di luar sekolah sehingga menjadi tidak sinkron.
Untuk sementara ini, kata dia, diupayakan untuk menggunakan WiFi walaupun tidak bisa maksimal dan mereka juga absen kode batang di dekat titik koordinat yang ada sinyal telepon dan internet.*