Jakarta (ANTARA) - Seniman perempuan asal Indonesia, Miranda Pranoto, akan menggelar pameran tunggal perdananya yang bertajuk “Intimacy Issues” di Prancis, yang mengangkat isu perempuan berdasarkan pengalaman pribadinya.
Selama kurang lebih dua tahun menggarap seri “Intimacy Issues”, Miranda akan menampilkan 15 karya, termasuk karya abstrak yang dibuat saat masih di bangku kuliah.
Melalui karyanya yang bersifat otobiografi, Miranda tidak takut mengungkapkan keintimannya dan dengan bebas membahas hal-hal yang sering dirahasiakan atau tidak terlihat, meskipun universal.
"Banyak dari subjek lukisan saya berhubungan dengan penyensoran tubuh perempuan, dan menumbangkan kontrol. Saya berharap audiens di mana pun dapat melihat seberapa jauh kita harus melangkah agar semua tubuh dapat merasa bebas, dihormati, dan setara,” terangnya dalam keterangan pers yang diterima, Rabu.
Seniman yang terinspirasi oleh Joan Mitchell, Trisha Brown, dan Tracey Emin ini, mengangkat kisahnya saat berhadapan dengan gangguan makan, dismorfia tubuh, kekerasan, hubungan romantis dan platonis di masa lalu, serta menjadi korban kejahatan dunia maya deepfake, di mana wajah atau tubuh diedit secara digital agar seperti orang lain dengan tujuan jahat atau penipuan.
Dalam proses kreatifnya, seri yang dimulai dari sebuah lukisan kaus kaki berbulu bertajuk sama ini telah menjadi tempat Miranda berlindung, jurnal dan terapi. Karena bagi Miranda, setiap kanvas berfungsi sebagai cermin. Setiap karya terbuat dari satu atau bahkan kumpulan pengalaman yang membentuk caranya memandang diri serta dunia di sekitar.
“Memasukkan selera humor membantu saya melewatinya; mengingat ini adalah waktu yang tepat untuk jujur sehingga bisa mencapai keintiman dengan diri saya sendiri, yang selalu saya dambakan,” ujarnya.
Pameran “Intimacy Issues” yang dikuratori Francesca Rozzi ini dipersembahkan oleh asosiasi MINERVA, yang berkomitmen mempromosikan seniman perempuan dalam seni rupa kontemporer.
Bersama dengan Galerie Le Petite Semaine (yang berarti The Short Week, di mana akan ada seniman baru tiap minggunya), asosiasi Minerva memberi panggung bagi seniman muda Indonesia ini pada 5-11 Juni 2025 di Prancis, Paris.
"Saya sangat senang bisa tampil di Paris karena orang-orang dapat merasakan karya saya secara langsung, saya percaya bahwa berdiri di depan karya seni tidak akan pernah sama dengan melihatnya melalui layar,” pungkas Miranda.
Ini bukan hanya pameran tunggal perdana Miranda, tetapi juga jadi pertama kalinya bagi Minerva. Penyelenggaraan pameran ini meresmikan komitmen asosiasi tersebut untuk mendukung seniman perempuan menampilkan kisah-kisah kuat yang mempertanyakan representasi dominan tentang feminitas dalam seni dan masyarakat.