Mukomuko (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyebutkan sekitar 6.000 ekor hewan ternak sapi dan kerbau di daerah ini terancam mati akibat terserang penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang mewabah di daerah ini.
"Berdasarkan hasil investigasi kami ke lapangan akhir bulan April tahun ini ditemukan enam fakta dan salah satunya, populasi terancam sebanyak 6000 ekor," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Fitriani Ilyas saat dihubungi dari Mukomuko, Sabtu.
Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko melakukan investigasi ke lapangan setelah menerima laporan dari masyarakat terkait wabah ngorok merebak di sejumlah kecamatan daerah ini.
Selain populasi hewan ternak sapi dan kerbau terancam sebanyak 6.000 ekor, telah terjadi kematian ternak kerbau di Desa Pernyah tanggal 20 April-1 Mei 2025 sebanyak 35 ekor.
Kemudian, petugas melakukan pengambilan sampel darah dan swab pada ternak yang sakit serta sampel organ pada ternak yang mati untuk di periksa di Balai Veteriner Lampung guna untuk menegakkan diagnosa.
Kendati demikian, berdasarkan hasil pemeriksaan petugas dinas ini pada ternak yang sakit, secara klinis menunjukkan gejala penyakit Septicaemia Epizootica.
Selain itu, petugas juga telah Telah melakukan pengobatan pada sejumlah ternak yang sakit tersebar di Desa Pernyah, Desa Pondok Baru dan Nenggalo Kecamatan Teramang Jaya.
Kemudian, pihaknya juga telah melakukan KIE kepada peternak tentang upaya pengendalian dan penanganan terhadap ternak yang mati yang harus dilakukan oleh peternak.
Sementara itu, petugas dari pusat kesehatan hewan secara intensif sudah turun untuk melakukan pengobatan secara maksimal terhadap ternak yang sakit.
Untuk vaksin sudah jauh hari tersedia, yakni sebanyak 1.200 dosis, tetapi masalahnya masyarakat tidak kooperatif, tidak mau mengandangkan hewan ternaknya.
"Tidak mungkin kawan-kawan puskeswan mengejar ternak yang dilepasliarkan di dalam rimba," demikian Fitriani.