Bengkulu (ANTARA) - Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) berharap kelangkaan produk bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax di Provinsi Bengkulu dapat segera teratasi pasca-Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR RI bersama Dirut Pertamina.
"Saya berharap dengan disampaikannya mengenai keterlambatan suplai BBM di Provinsi Bengkulu, khususnya BBM Pertamax untuk Pertashop, dapat segera mendapat atensi dan tindak lanjut," kata Ketua Umum DPP HPMPI Steven lewat pesan elektronik, di Bengkulu, Kamis.
Dia mengatakan Anggota DPR RI Komisi VI Firnando H Ganinduto telah menyampaikan aspirasi dari Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia dalam RDP dengan Dirut Pertamina, yakni mengenai suplai BBM yang tersendat di Provinsi Bengkulu. Keterlambatan hingga 14 hari pada RDP yang digelar Kamis 22 Mei 2025.
"Sebelumnya saya telah menemui Bang Firnando untuk menyampaikan mengenai kondisi kondisi alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu dan kaitannya dengan suplai BBM di Bengkulu. Kebetulan hari ini ada RDP Komisi VI dengan Pertamina dan PLN, syukurlah salah satu aspirasi kami langsung di sampaikan kepada Bapak Dirut Pertamina (Persero)," kata dia.
HPMPI menyampaikan nasib Pertashop di Provinsi Bengkulu akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu.
"Anggota DPR Komisi V dan VI DPR RI sudah saya datangi. Oleh salah satu anggota DPR RI Komisi VI Dirut Pelindo ditelepon, dan janjinya minggu ke 3 bulan Mei 2025 ini sudah sampai kapal keruk yang besarnya," kata Steven.
Steven mengunjungi DPR RI, menyampaikan keluhan masyarakat pelosok desa yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan BBM dari lembaga penyalur pertashop dan berharap penyelesaian pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu bisa segera terealisasi.
Kondisi pendangkalan alur mengakibatkan banyak kapal pengangkut tidak bisa bersandar di dermaga pelabuhan, termasuk kapal pengangkut BBM Pertamina. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama hampir dua bulan belakang.
Akibatnya, Pertashop kesulitan mendapatkan pasokan BBM dari Pertamina karena pendistribusian alternatif BBM dari provinsi tetangga lewat jalur darat sangat terbatas.
Lini usaha Pertashop di Provinsi Bengkulu pun mencatatkan angka kerugian kolektif setidaknya Rp15 miliar selama kondisi pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Pertashop di Bengkulu harus antre menunggu pasokan BBM yang didistribusikan lewat jalur darat, namun waktu, jumlah, dan pasokannya pun yang didapatkan tidak bisa dipastikan.
Jumlah mobil tangki konsinyasi untuk Pertashop yang hanya seadanya semakin memperburuk keadaan. Keseluruhan permintaan BBM pertamax untuk Pertashop, kata dia, di atas 90 ton, namun hanya disuplai 16 ton dari Fuel Terminal Pulau Baai.
Hal itu pulalah yang mengakibatkan kerugian besar lini bisnis dari 150 Pertashop Bengkulu yang masih beroperasi. Pertashop harus menanggung biaya operasional yang besar setiap harinya, namun tidak memiliki komoditas BBM yang bisa dijual.