Kota Bengkulu (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dapil Bengkulu Erna Sari Dewi meminta Kementerian Perhubungan segera melakukan pengerukan di Pelabuhan Pulau Baai agar 4.000 warga di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara tidak terisolasi.
Erna juga meminta Kementerian Perhubungan mengirim kapal logistik pengganti serta mengoordinasikan respons lintas kementerian untuk penanganan cepat guna mengatasi permasalahan di Pulau Enggano yang sejak empat bulan lalu terisolasi karena pendangkalan alur Pulau Baai sehingga kapal tidak dapat bersandar dan memutus jalur logistik utama ke Pulau Enggano.
Baca juga: Pelindo mulai proses normalisasi alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
"Saat ini masyarakat Enggano menghadapi kelumpuhan logistik, panen membusuk, listrik nyaris padam, dan pasien kritis tidak bisa dirujuk ke rumah sakit, negara justru lambat bertindak," kata dia saat dikonfirmasi di Kota Bengkulu, Senin.
Karena pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai sejak empat bulan lalu, ribuan warga di Pulau Enggano terisolasi tanpa kepastian hingga hari ini dan mengalami kerugian yang diperkirakan mencapai Rp2 miliar per bulan
Ia menyebut Pulau Enggano pulau terluar yang strategis secara geopolitik, berada di jalur perlintasan Samudra Hindia, yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dalam konteks pertahanan dan kedaulatan nasional.
"Negara tidak boleh hadir hanya ketika ada nilai komersial. Masyarakat Enggano adalah warga negara, bukan angka statistik. Mereka berhak atas pelayanan dasar yang adil dan merata," sebut dia.
Baca juga: Gubernur Bengkulu temui Menhub sampaikan masalah alur pelabuhan
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bengkulu mendesak pemerintah bertanggungjawab atas kondisi masyarakat di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara dan menghentikan narasi bahwa Pulau Enggano sudah tertangani dan dalam kondisi baik-baik saja.
Sebab, kondisi perekonomian masyarakat di Pulau Enggano saat ini lumpuh total, karena warga banyak menganggur dan hasil pertanian tidak bisa dijual karena keterbatasan akses untuk keluar pulau tersebut.
Bahkan, masyarakat di Pulau Enggano melakukan barter atau menggunakan sistem transaksi dengan tukar menukar barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.