Jakarta (ANTARA) - Eco Bhinneka Muhammadiyah, HIDIMU (Himpunan Difabel Muhammadiyah) Pusat, GreenFaith berjalan kaki menapaki rute bersejarah di Jakarta dalam kegiatan Walk for Peace and Climate Justice.
Aksi damai ini sebagai kampanye bahwa keadilan iklim adalah hak setiap manusia, tanpa kecuali termasuk mereka yang spesial atau penyandang disabilitas.
"Perdamaian akan terwujud bila keadilan lingkungan dan sosial dirasakan oleh semua warga, termasuk difabel dan kelompok rentan," ujar Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah Hening Parlan dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 50 peserta, kegiatan ini dimulai dari Gereja Katedral Jakarta, menelusuri Terowongan Silaturahim, Masjid Istiqlal, lalu berakhir di Pura Adhitya Jaya Rawamangun.
Ketiga rumah ibadah tersebut menjadi simbol toleransi dan kerukunan yang menguat, sekaligus pengingat bahwa krisis iklim menuntut persatuan dan tindakan lintas iman dan menjadi hak semua umat tanpa terkecuali.
Salah satu momen penting kegiatan ini adalah pembacaan Deklarasi Orang Muda Lintas Iman untuk Keadilan Iklim dan Gender di dalam Terowongan Silaturahim, sebuah ruang simbol persatuan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Deklarasi ini memuat empat komitmen utama, pertama, transformasi ekologis yang inklusif, melalui pembangunan ruang terbuka hijau, transisi energi bersih, dan pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Kedua, penguatan kepemimpinan inklusif dalam aksi iklim, termasuk menyediakan ruang aman dan peningkatan kapasitas kepemimpinan ekologis yang inklusif dan setara gender.
Ketiga, solidaritas lintas iman untuk bumi, dengan membangun jejaring rumah ibadah ramah lingkungan dan edukasi berbasis nilai spiritual dalam aksi bersama.
Keempat, perlindungan kelompok rentan, khususnya difabel, agar berdaya menghadapi dampak krisis iklim.
"Pembacaan deklarasi di Terowongan Silaturahim menjadi penanda kuat komitmen bersama untuk menjadikan toleransi, keadilan sosial, dan keadilan iklim sebagai fondasi gerakan kolektif lintas iman," kata dia.
Deklarasi ini juga menegaskan bahwa perjuangan menuju keadilan iklim tidak boleh meninggalkan siapa pun. Kelompok disabilitas, anak muda, dan perempuan harus menjadi aktor utama perubahan.
"Walk for Peace and Climate Justice bukan hanya simbol, tetapi langkah awal membangun harapan di tengah krisis. Inilah jubile, tahun pengharapan, yang harus kita isi bersama dengan aksi nyata," kata Hening Parlan.