Kota Bengkulu (ANTARA) - China secara strategis membatalkan penyelidikan antimonopoli terhadap Google dan mengalihkan fokus pengawasan ketatnya ke dua raksasa semikonduktor Amerika Serikat, Nvidia dan Intel. Pergeseran ini mencerminkan upaya Beijing untuk memaksimalkan strategi leverage dalam negosiasi perdagangan dengan Washington.
Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar (SAMR) China mengakhiri penyelidikan persaingan terhadap dominasi sistem operasi Android Google, yang sebelumnya menargetkan dampak platform tersebut pada produsen ponsel pintar Negeri Panda seperti Oppo dan Xiaomi.
Keputusan ini diambil karena pengaruh Google di China relatif terbatas, mengingat layanan inti perusahaan telah diblokir sejak 2010.
Sebaliknya, tekanan ekonomi diarahkan pada Nvidia dan Intel. SAMR menilai Nvidia melanggar undang-undang antimonopoli terkait akuisisi Mellanox Technologies pada 2020, yang bisa memicu denda hingga 10 persen dari penjualan tahunannya.
Baca juga: TikTok selamat sementara dari larangan setelah AS capai kesepakatan dengan Tiongkok
Baca juga: Huawei Watch GT5 series dilego di Indonesia mulai Rp3.4 jutaan
Pada saat bersamaan, Administrasi Cyberspace China melarang perusahaan teknologi domestik, termasuk ByteDance dan Alibaba, membeli chip RTX Pro 6000D yang dirancang khusus oleh Nvidia untuk pasar China.
Intel juga menghadapi risiko signifikan karena ketergantungannya pada pasar China. Menurut laporan Financial Times, penjualan Intel di China mencapai 15,5 miliar dolar AS pada 2024, setara 29 persen dari pendapatan globalnya.
