Bengkulu (ANTARA) - Pasukan Israel meningkatkan serangan udara dan darat ke Kota Gaza pada Selasa (23/9/2025), menewaskan sedikitnya 36 warga Palestina. Serangan tersebut berlangsung bersamaan dengan Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, ketika para pemimpin dunia mendesak penghentian perang yang telah berlangsung dua tahun terakhir.
Israel selalu melakukan serangan itu dengan mengatasnamakan melumpuhkan Hamas, meski target yang menjadi korban adalah warga sipil tak bersenjata, bahkan perempuan, anak-anak, orang tua atau yang berkebutuhan khusus.
Bangunan perumahan di Gaza terus diratakan, sementara tank-tank Israel dilaporkan bergerak mendekati jantung kota. Rekaman yang diverifikasi Al Jazeera menunjukkan kendaraan lapis baja memasuki lingkungan Nassr, hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Rumah Sakit Al Shifa. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) memperingatkan bahwa operasi militer Israel menimbulkan teror massal dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Kondisi warga sipil kian terpuruk. Serangan udara menghantam kawasan Talal Hawa dan Daraj, menewaskan serta melukai warga yang tengah mengantre air. Fasilitas medis juga tidak luput dari serangan. Pusat medis utama di Kota Gaza hancur dan melukai tenaga kesehatan, sementara klinik di Talal Hawa serta kamp pengungsi Shati ikut dikepung.
Baca juga: Israel "nakal"! Bantuan Gaza diserang drone Zionis, ada ledakan di lepas Pantai Yunani
Baca juga: Indonesia akui Israel sebagai negara dengan syarat Palestina merdeka, kata Presiden
“Banyak keluarga melaporkan kerabat mereka terjebak di bawah reruntuhan, tetapi tidak ada yang bisa menolong,” kata jurnalis Hind Khoudary dari Gaza.
Ribuan warga yang melarikan diri ke wilayah tengah dan selatan juga tidak menemukan tempat aman. Zona “Al Mawasi” yang ditetapkan Israel justru berulang kali dibombardir. Kondisi diperburuk dengan minimnya air, makanan, dan layanan kesehatan, hingga penyakit menyebar di kamp pengungsian. Di Kompleks Medis Nasser, Khan Younis, tiga anak dilaporkan meninggal akibat kekurangan gizi.
Sementara itu, di Tepi Barat ketegangan meningkat setelah Israel mengancam mempercepat rencana aneksasi. Pasukan Israel menyerbu sejumlah kota dan menutup Jembatan Raja Hussein, satu-satunya pintu keluar Tepi Barat menuju Yordania.
PBB menilai kebijakan pemindahan paksa, penghancuran infrastruktur, hingga penggunaan kelaparan sebagai senjata perang memenuhi definisi hukum genosida.
Baca juga: Stasiun oksigen diserang Israel, nyawa pasien RS di Gaza terancam
Baca juga: Trump usulkan penarikan pasukan Israel, telat bagi Amerika selamatkan warga Gaza?
Donald Trump puji pidato tegas Presiden Prabowo di Sidang ke-80 PBB - VIDEO
