Kota Bengkulu (ANTARA) - Bupati Kepahiang Zurdi Nata memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif Kebun Kopi Tangguh Iklim yang dianggap sebagai langkah penting dalam meningkatkan hasil pertanian kopi di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
"Inovasi ini bisa menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama perempuan," kata Bupati Nata dalam keterangannya yang diterima di Bengkulu, Jumat.
Pernyataan ini merujuk pada inisiatif yang diusung oleh Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Bengkulu, yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dalam pengelolaan kebun kopi sekaligus meningkatkan ketahanan iklim.
Nata menyambut baik kopi tersebut karena akan menjadi produk khas Kepahiang yang dikelola oleh perempuan.
Petani Koppi Sakti terdiri dari para perempuan dari sepuluh desa di Kepahiang, yakni Desa Pulo Geto, Desa Pulo Geto Baru, Desa Durian Depun, Desa Simpang Kota Bingin, Desa Bukit Barisan, Desa Suro Muncar, Desa Suro Baru, Desa Pekalongan, Desa Tanjung Alam, dan Desa Air Hitam.
Kopi jenis tersebut memiliki kekhasan tahan terhadap perubahan iklim sehingga hasil tanaman produksi tersebut kuat terhadap perubahan cuaca ekstrem sekaligus memberdayakan perempuan dalam pengelolaan kebun kopi.
Salah satu petani kopi perempuan, Siti, mengatakan dampak perubahan iklim yang semakin drastis menyebabkan penurunan kualitas bunga kopi. Bunga kopi yang sedikit dan banyaknya bunga yang gugur menjadi masalah bagi petani kopi.
Namun, berkat penerapan kebun kopi tangguh iklim, masalah tersebut mulai teratasi. Siti mengungkapkan hasil panennya tahun ini meningkat signifikan, dari sekitar 700 kilogram menjadi 1.700 kilogram.
"Peningkatan hasil panen ini membuktikan bahwa teknik yang tepat dapat meningkatkan produktivitas meskipun ada perubahan iklim," kata Siti.
Selain meningkatkan hasil panen kopi, kebun kopi tangguh iklim juga memberikan manfaat tambahan bagi petani.
Supartina Paksi, anggota Koppi Sakti, mengatakan kebun kopi ini tidak hanya menghasilkan kopi, tetapi juga berbagai produk pertanian lain seperti sayur, rempah, dan buah-buahan.
"Selain memenuhi kebutuhan rumah tangga, hasil panen ini juga memberikan tambahan pendapatan," kata dia.
Ia mengatakan keuntungan lain dari kopi tangguh iklim adalah pengurangan pengeluaran rumah tangga, terutama dalam pembelian pupuk kimia.
Para petani kini membuat pupuk organik menggunakan bahan-bahan alami seperti rerumputan, dedaunan, dan sekam kopi, yang mengurangi biaya produksi secara signifikan.
"Kami tidak perlu lagi membeli pupuk kimia yang selama ini menjadi beban pengeluaran," katanya.
Peran Perempuan
Siti Hermi, perwakilan dari Koppi Sakti, mengatakan peran perempuan dalam pengelolaan kebun kopi sering kali terabaikan.
"Kami ingin menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan kebun kopi sangat penting dan dapat berdampak besar terhadap peningkatan produktivitas kopi," kata dia.
Kepala Dinas Pertanian Kepahiang, Taufik, mengatakan inisiatif kopi tangguh iklim sangat relevan dengan program unggulan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kopi dan mengatasi dampak perubahan iklim.
"Kebun Kopi Tangguh Iklim ini bisa menjadi model yang bisa diadopsi di wilayah lain untuk meningkatkan produktivitas kopi, khususnya di daerah yang rentan terhadap perubahan iklim," kata Taufik.
Kopi tangguh iklim sendiri memiliki cara pengelolaan ramah lingkungan yang mendukung pertanian organik dan berkelanjutan.
Bupati Nata mendukung penguatan inisiatif Kopi Tangguh Iklim dengan mendorong terbitnya regulasi untuk jenis kopi ini
"Intinya, saya sangat mendukung inovasi ini dan akan memastikan kebijakan yang mendukung pengembangan kebun kopi tangguh iklim dapat segera terwujud," kata dia.
Bupati Nata berharap model kebun kopi tangguh iklim ini bisa menjadi contoh yang menginspirasi daerah lain dalam mengelola kebun kopi yang ramah iklim dan berkelanjutan.
