Mukomuko Bengkulu (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko, Bengkulu melalui 17 puskesmas setempat melalukan tiga langkah untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di daerah ini.
Kabid Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Hamdan dalam keterangannya di Mukomuko, Selasa, mengatakan, sebanyak delapan warga setempat yang positif DBD selama bulan September 2025.
"Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, petugas puskesmas bersama Dinkes melakukan tiga langkah, yakni penelitian epidemiologi (PE), pembagian larvasida, dan pengasapan di delapan lokasi yang ada kasus DBD," katanya.
Selain itu, pihaknya juga mengajak semua masyarakat untuk melakukan tindakan berupa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah penyebaran penyakit DBD di wilayahnya masing-masing.
Dia menjelaskan, langkah-langkah dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD ini.dengan melakukan penelitian epidemiologi.di semua lokasi yang terdapat kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut.
Kemudian, kata dia pula, petugas kesehatan juga melakukan larvalidasi atau pengendalian vektor nyamuk dengan cara mengendalikan larva nyamuk Aedes Aegypti di delapan lokasi yang ditemukan kasus DBD.
Setelah itu, katanya, pihaknya membagikan larvasida kepada warga sebagai upaya memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue. Pemberian larvasida dilaksanakan oleh puskesmas untuk membunuh jentik nyamuk penular DBD di rumah-rumah warga.
Menurut dia, yang paling penting dalam pencegahan penyakit DBD dengan cara menggerakkan semua masyarakat untuk bergerak melakukan PSN dengan cara membersihkan lingkungan guna mencegah DBD.
Sementara itu, dari sebanyak delapan warga setempat positif DBD selama bulan September tahun ini terdiri dari dua orang perempuan dan enam orang laki-laki.
"Dari sebanyak delapan kasus DBD tersebut, paling banyak di Kecamatan Ipuh sebanyak empat orang, lalu dua di Kecamatan Air Rami, dan Air Dikit dan Sungai Rumbai masing-masing satu kasus," ujarnya.
Dari delapan orang warga Mukomuko ini berdasarkan golongan umur, satu kasus masih anak-anak, enam orang berumur 15-44 tahun, dan satu orang berumur di atas 44 tahun.
