Khartoum, Sudan/Istanbul (ANTARA) - Menteri Negara Urusan Sosial Sudan Salma Ishaq menyatakan pasukan Rapid Support Forces (RSF) membunuh sekitar 300 perempuan dalam dua hari pertama setelah memasuki El-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara di Sudan barat.
“RSF membunuh 300 perempuan selama dua hari pertama sejak mereka masuk ke El-Fasher,” kata Ishaq kepada kantor berita Anadolu, seraya menambahkan bahwa para korban mengalami kekerasan seksual, penyiksaan, dan penganiayaan.
Ia memperingatkan bahwa siapa pun yang meninggalkan El-Fasher menuju Tawila berada dalam bahaya karena jalan tersebut kini dikenal sebagai “jalan kematian.”
“Masih ada keluarga di El-Fasher yang mengalami penyeretan, penyiksaan, penghinaan, dan kekerasan seksual,” ujarnya.
Ishaq menegaskan bahwa kekerasan di El-Fasher itu merupakan aksi pembersihan etnis yang sistematis dan “kejahatan besar yang melibatkan banyak pihak melalui sikap diam mereka.”
Pada 26 Oktober, RSF merebut kendali atas El-Fasher dan diduga melakukan pembantaian terhadap warga sipil, sebut laporan berbagai organisasi lokal dan internasional. Serangan itu memicu kekhawatiran akan terpecahnya wilayah Sudan secara permanen.
