Rejang Lebong (Antaranews Bengkulu) - Kalangan petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan turunnya produksi biji kopi yang dihasilkan dari kebun mereka.
"Sejak dua tahun belakangan buah kopi yang dihasilkan dari kebun kami terus menurun, kalau dulu satu hektarenya bisa menghasilkan sampai 1,7 ton biji kopi kering, tapi saat ini turun menjadi 900 kg sampai satu ton," kata Akil Sirai (78) petani kopi yang ada di Desa Pahlawan, Kecamatan Curup Utara, Senin.
Turunnya produksi biji kopi yang dihasilkan oleh kebun mereka ini, kata dia, diperkirakan akibat pengaruh cuaca ekstrem yang terjadi di Tanah Air sehingga buah tanaman kopi di kebun mereka tidak lebat lagi.
Lelaki yang memiliki dua bidang kebun kopi atau sekitar dua hektare itu, dalam kesehariannya hanya mengandalkan dari hasil berkebun kopi.
Jika panen tiba dirinya bisa menghasilkan 2-3 ton biji kopi kering yang jika dijual saat ini hargnya berkisar Rp22.000 maka dirinya akan mendapatkan hasil Rp40 juta sampai Rp60 juta.
Namun manakala harga kopi ini membaik namun produksi kopi mereka justru menurun. Berbagai upaya telah mereka lakukan guna menaikan produksi kopi seperti melakukan pemeliharaan dan pemupukan serta melakukan peremajaan tanaman namun hasilnya belum memuaskan.
Sementara itu Siti Hajar (65) petani kopi yang ada di Dusun V Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur yang mengelola kebun kopi seluas 0,5 hektare mengatakan, produksi kopi yang dihasilkan kebun yang diolahnya saat ini berkisar 500-750 kg.
"Biasanya musim panen akan tiba pada bulan Mei sampai Juni nanti, kalau panen biasanya kami mendapatkan buah kopi 10 karung atau setelah dijemur dan kupas bisa menghasilkan biji kopi kering yang siap jual berkisar 500-750 kg," kata Siti Hajar.
Namun produksi kopi dari kebun milik adiknya yang dikelola Siti Hajar ini pada musim panen kopi 2017 lalu hanya menghasilkan biji kopi kering kurang dari 500 kg.
Kendati bunga kopi yang tumbuh di tanamannya terlihat banyak, namun yang kemudian menjadi buah sedikit. Bunga kopi berguguran, seiring dengan cuaca ekstrem yang terjadi di daerah itu.
Guna menutupi kekurangan pendapatan ini, dirinya selain mengelola tanaman kopi juga menanam cabai rawit di sela-sela tanaman kopi serta bertanam sayuran. Aneka tanaman sayuran inilah yang kemudian menjadi pendapatan tambahan diri.
Dia berharap, nantinya kebun kopi yang dikelolanya itu bisa berbuah lebat kembali, sehingga bisa memberikan pendapatan yang lebih mengingat biaya pemeliharaan tanaman juga bertambah karena harga pupuk dan obat-obatan pertanian mengalami kenaikan.
Produksi biji kopi di Rejang Lebong menurun
Senin, 5 Maret 2018 19:15 WIB 2715