Jakarta (ANTARA) - Pilihan ibu kota Azerbaijan, Baku, sebagai tuan rumah final Liga Europa telah menciptakan masalah perjalanan yang tak bisa diterima dan ekstrem, kata Arsenal seperti dikutip laman Fox Sports.
Arsenal dan Chelsea masing-masing diberi jatah 6.000 tiket oleh UEFA untuk final 29 Mei itu di stadion berkapasitas 68.700 penonton.
Tetapi menurut Arsenal tiket sebanyak itu berpotensi tidak semua terjual karena penonton menganggap Azerbaijan terlalu jauh.
"Waktu akan membuktikan apakah memungkinkan 6.000 fans Arsenal menonton pertandingan itu mengingat betapa ekstremnya perjalanan yang harus dilalui," kata Arsenal. "Hanya ada sedikit penerbangan ke Baku dari Eropa Barat, meskipun akan lebih banyak dioperasikan untuk final nanti, harga tiketnya pasti jauh di atas harga biasa."
Arsenal melanjutkan, "Kami menerima banyak keluhan dari pendukung kami mengenai soal ini dan kami memahami sepenuhnya keprihatinan mereka."
Menteri Olah Raga Azerbaijan Azad Rahimov membela keputusan UEFA memilih Baku sebagai tuan rumah final Liga Europa dengan menandaskan kota ini pantas menjadi tuan rumah.
"Ini Eropa dan setiap kota punya kesempatan sama menjadi tuan rumah untuk event semacam ini. Sungguh bagus orang bisa bepergian untuk mengenal satu sama lain. Saya yakin kali berikutnya ketika kami menjamu event semacam ini, pertanyaan semacam itu tak akan muncul, karena saya yakin semua orang terpesona oleh kota kami yang cantik ini."
Ini adalah final turnamen kelas Eropa pertama Arsenal dalam 13 tahun terakhir. The Gunners berambisi memenangi trofi kontinental pertama sejak Cup Winners’ Cup 1994. Baku juga mencalonkan diri sebagai tuan rumah final Liga Champions musim ini tapi dikalahkan Madrid.
Arsenal juga mengkhawatirkan gelandang asal Armenia mereka, Henrikh Mkhitaryan, tampil di Azerbaijan karena negara asalnya itu bersengketa dengan Azerbaijan, demikian Fox Sports.
Final Liga Europa, Arsenal: Kenapa mesti di Azerbaijan?
Jumat, 17 Mei 2019 22:34 WIB 1210