total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah Indonesia sudah mencapai 392 juta liter
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan pihaknya masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air dan patroli mengatasi kebakaran hutan lahan (karhutla) di beberapa tempat.

"Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah Indonesia sudah mencapai 392 juta liter," kata Agus melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Selain pengeboman air, BNPB juga telah melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan TNI. Total garam NaCl yang sudah disemai untuk memicu hujan turun sudah mencapai 272 ribu kilogram.

Baca juga: Polda Sumsel bidik tersangka baru kasus karhutla

Menurut data BNPB hingga Selasa pukul 08.00 WIB, titik panas yang teridentifikasi dan menjadi perhatian berada di enam provinsi, yaitu Sumatera Selatan (153 titik), Kalimantan Tengah (44 titik), Kalimantan Selatan (23 titik), Kalimantan Barat (lima titik), dan Jambi (dua titik).

"Keberadaan titik panas berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah yang terdampak. Data kualitas udara yang diukur dengan paramater PM 2,5 menunjukkan kualitas tingkat baik hingga tidak sehat di enam provinsi tersebut," tuturnya.

Data kualitas udara dengan ukuran PM 2,5 menunjukkan Sumatera Selatan 136 (tidak sehat), Jambi 102 (tidak sehat), Kalimantan Tengah 101 (tidak sehat), Kalimantan Selatan 60 (tidak sehat), Riau 27 (sedang), dan Kalimantan Barat 5 (baik).

Selain enam provinsi yang menjadi perhatian, karhutla juga masih terjadi di sejumlah pegunungan yang ada di beberapa wilayah, seperti Gunung Cikuray, Gunung Ungaran, Gunung Arjuno Welirang, dan Gunung Ringgit. 

Baca juga: BPBD Gowa siapkan 20 tenda bagi pengungsi akibat karhutla
Baca juga: Siti: Ke depan konsep penanganan karhutla melalui pencegahan
Baca juga: Kecepatan angin halangi pemadaman karhutla Arjuno-Welirang

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019