Pengembangan inovasi ini akan meningkatkan daya saing bertanam ubi kayu sehingga keberlanjutan industri berbahan baku ubi kayu akan tetap bertahan
Bogor (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui sidang Majelis Profesor Riset mengukuhkan tiga Peneliti Utama di bidang pertanian menjadi Profesor Riset dalam sidang terbuka "Orasi Pengukuhan Profesor Riset" di Balai Besar Pasca Panen, Kementan, Bogor, Selasa.

Ketiga Peneliti Utama yang dikukuhkan menjadi Profesor Riset adalah Dr Ir Ali Asgar MP yakni peneliti pada bidang teknologi pascapanen, Dr Ir Sholihin MSc peneliti pada bidang pemuliaan dan genetika tanaman, serta Dr Ir Sukarman peneliti pada bidang pedologi dan penginderaan jauh.

Pengukuhan Profesor Tiset tersebut dipimpin oleh Ketua Majelis Profesor Riset Kementan, Prof Dr Tahlim Sudaryanto, yang disaksikan Majelis Profesor Riset, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, serta dihadiri sekitar 500 undangan.

Baca juga: Petrokimia fokus kembangkan riset pertanian hadapi persaingan industri

Dengan dikukuhkannya ketiga Peneliti Utama di bidang pertanian tersebut menjadi Profesor Riset, maka ketiga guru besar tersebut adalah Profesor Riset ke-139, 140, dan 141 di lingkungan Kementan, serta Profesor Riset ke-532, 533, dan 534 secara nasional.

Profesor merupakan jenjang tertinggi dalam jabatan fungsional peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Ali Asgar dalam orasinya berjudul "Inovasi Teknologi Pasca-panen Kentang untuk Pengembangan Agroindustri" menjelaskan, dirinya telah berhasil mengembangkan inovasi cara penyimpanan dan pengemasan ubi kentang. Inovasi itu dilahirkan untuk menekan tingkat kehilangan hasil panen sekaligus menjaga kualitas.

Doktor ilmu pertanian alumnus Universitas Padjadjaran itu juga mengembangkan produk diversifikasi, substitusi, pangan fungsional, dan evaluasi kualitas.

Hasil penelitiannya memberikan kontribusi untuk upaya pendayagunaan sumberdaya lokal sekaligus menekan ketergantungan terhadap kentang impor.

Baca juga: Staf Khusus Presiden mengapresiasi lahan SIUTI hasil riset ULM

Pemulia genetika tanaman, Sholihin, dalam orasinya berjudul "Inovasi Varietas Unggul Ubi Kayu sebagai Kunci Mendukung Keberlanjutan dan Peningkatan Daya Saing Agroindustri" menyampaikan, dirinya telah merakit lima varietas unggul ubi kayu.

Dengan inovasi varietas itu, diperoleh keunggulan produktivitas sekitar 10-31 persen lebih tinggi dari varietas sebelumnya. Peningkatan produktivitas itu dapat meningkatkan secara langsung penghasilan petani sampai beberapa kali lipat.

"Pengembangan inovasi ini akan meningkatkan daya saing bertanam ubi kayu sehingga keberlanjutan industri berbahan baku ubi kayu akan tetap bertahan," katanya.

Doktor ilmu pertanian dari dari Universitas Brawijaya Malang ini menegaskan bahwa peningkatan daya saing dari produktivitas ubi kayu itu diharapkan kesejahteraan petani lokal.

Peneliti pedologi dan pengindraan jarah jauh, Sukarman menyampaikan orasinya yang bertajuk, "akselerasi inovasi pedologi dalam optimalisasi penggunaan anah vulkanik mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan".

Dalam orasi tersebut, Sukarman mengatakan telah menghasilkan inovasi pedologi tanah vulkanik berupa peta tanah, peta kesesuaian lahan dan rekomendasi pengelolaan.

Menurut dia, peta-peta rekomendasi tersebut telah disebarluaskan dan disosialisasikan pada instansi terkait di masing-masing kabupaten/kota dan menjadi bahan dasar penyusunan revisi RTRW kabupaten/kota.

"Penerapan inovasi pedologi tersebut diharapkan berdampak positif terhadap lahan pertanian tanah vulkanik sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkesinambungan," kata doktor alumni IPB ini.


Baca juga: Pemkab Kulon Progo lepas benih unggul bawang merah Siem ke pasar



 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019