Kami disarankan ke RS IJN, kami cobalah bagaimana hasil pemeriksaannya, ternyata hasilnya berbeda dengan dokter yang di Surabaya. Di Malaysia anak saya ini didiagnosa terkena 'tricuspid atresia' sedangkan di Indonesia diagnosanya terkena VSD dan ASD
Kuala Lumpur (ANTARA) - Seorang balita bernama Kaleb (1,3) asal Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur menjalani perawatan di Rumah Sakit Institut Jantung Negara (IJN) Kuala Lumpur, Malaysia karena penyakit jantung bawaan (PJB) yang dibawanya semenjak anak lahir.

"Kami ke IJN awal tahun ini. Kami ke sini awalnya untuk 'second opinion' karena di Surabaya spesialis jantung anak terbatas. Awalnya mendapatkan rekomendasi dari salah satu lembaga di Surabaya namanya LHC yang anggotanya mempunyai anak sakit jantung bawaan dari lahir," kata Didik Lesmono, ayah Kaleb, ketika ditemui di IJN Kuala Lumpur, Rabu.

LHC merupakan singkatan dari Little Heart Community yang sekretariatnya berpusat di Surabaya.

"Kami disarankan ke RS IJN, kami cobalah bagaimana hasil pemeriksaannya, ternyata hasilnya berbeda dengan dokter yang di Surabaya. Di Malaysia anak saya ini didiagnosa terkena 'tricuspid atresia' sedangkan di Indonesia diagnosanya terkena VSD dan ASD," katanya.

Kalau VSD dan ASD, kata dia, istilahnya ada lubang di dinding jantungnya sedangkan tricuspid atresia selain ada lubang di dinding jantungnya di bilik sebelah kanan ada katup tidak terbentuk.

"Karena berbeda saya mencari opini lain di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur, dan ternyata hasil pemeriksaan dokter kedua di Kuala Lumpur sama dengan yang ada di IJN," katanya.

Didik Lesmono akhirnya memutuskan harus segera mengambil tindakan karena semestinya tricuspid atresia ini dilakukan tindakan pertama ketika dia lahir, sedangkan anaknya dibawa ke IJN sudah hampir lima bulan dan sekarang usianya satu tahun tiga bulan.

Di IJN Kaleb harus menjalani tiga tahap sedangkan yang dijalani baru dua tahap yakni mengikat saluran darah ke arah paru-paru, tahap selanjutnya pembuluh yang ke jantung di "by pass" ke paru-paru untuk menormalkan aliran darah ke paru-paru.

"Anak saya sudah operasi yang kedua. Sekarang check up untuk hasil operasi Minggu (24/11) lalu. Hasilnya bagus, cuma memang setelah enam pekan diminta check up lagi," katanya.

Didik mengatakan yang dialami anaknya bukan penyakit tetapi bawaan dari rahim ibunya yang jantungnya terbentuk tidak sempurna.

"Setelah dua hari lahir dokter di Surabaya pernah bilang ada indikasi jantungnya berbeda kemudian dibawa ke spesialis jantung di Surabaya dengan alat eco ternyata betul ada lubang di dinding," katanya.

Kaleb lahir di Kendangsari MER Kenjeran kemudian dokter spesialis jantungnya praktei di mana-mana termasuk di RS Graha Amerta.

Tentang perbedaan dokter di IJN dan Surabaya, Didik mengatakan dokter di Surabaya tidak ada waktu untuk menjelaskan kembali lebih rinci kepada pasien sedangkan selama di Surabaya dia sudah mendatangi dua dokter spesialis jantung anak di kota tersebut.

Baca juga: Tingkatkan kualitas akademik, mahasiswa FK-UISU koas di RS Malaysia

Baca juga: RI-Malaysia Kembangkan Pelayanan Kesehatan Terpadu di RS

Baca juga: Rumah sakit pratama diresmikan di perbatasan Kalbar

Baca juga: Rumah Sakit Malaysia Tangani Korban Konflik Aceh

Baca juga: 30 Perusahaan Riau Kerja Sama dengan RS Malaysia

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019