Pekalongan (ANTARA) - Sebanyak 2.475 warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, hingga kini bertahan di tempat pengungsian karena banjir masih merendam tempat tinggal mereka.

Berdasarkan pantauan Kamis (27/2), di sejumlah wilayah pesisir kondisi banjir sudah mulai surut namun ketinggian air masih mencapai sekitar 30 centimeter sehingga sebagian warga lebih memilih bertahan di tempat pengungsian.

Baca juga: Mensos serahkan bantuan banjir Pekalongan Rp1,2 miliar

Sejumlah desa di Kecamatan Tirto yang terdampak banjir antara lain Desa Jeruksari yang merendam sebanyak 1.620 rumah, Mulyorejo (674 rumah), Karangjompo (592 rumah), Pacar (632 rumah), Samborejo (110 rumah), dan Tegaldowo (656 rumah).

Kemudian di Kecamatan Wiradesa, antara lain Desa Bener sebanyak 433 rumah, Pekuncen (345 rumah), dan Mayangan (25 rumah), sedang di Kecamatan Siwalan seperti Desa Depok (600 rumah), Blacanan (400 rumah), serta Boyoteluk sebanyak 300 rumah.

Perwakilan Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pekalongan M. Rofik Maulana mengatakan korban banjir yang mengungsi ini tersebar di 33 lokasi pengungsian.

Saat ini, kata dia, PMI bersama tim penanggulangan bencana masih melakukan penanganan terhadap korban banjir dengan menyiapkan dapur umum dan pemeriksaan kesehatan terhadap mereka.

"Kebutuhan mendesak yang dibutuhkan korban banjir saat ini adalah selimut, trapolin, makanan siap saji seperti mi instan, ikan olahan, dan makanan bayi, serta obat-obatan seperti minyak kayu putih, tolak angin, serta salep gatal," katanya.

Korban banjir, Nurkholis mengatakan warga kini masih memilih mengungsi karena tempat tinggalnya tergenang air.

"Banjir masih menggenangi wilayah desa. Penurunan banjir hanya sekitar 10 cm dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai 50 centimeter," katanya.***3***

Baca juga: Menteri Sosial minta pemda lebih matang rencanakan antisipasi banjir
Baca juga: Menteri Sosial hibur anak-anak korban banjir di Pekalongan
Baca juga: Kabupaten Batang dan Pekalongan dikepung banjir

Pewarta: Kutnadi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020