Sekarang kita serba dalam ketidakpastian, tapi kita harus menghadapi dengan satu pengertian bahwa badai ini akan berlalu
Jakarta (ANTARA) - Industri film sudah lebih dulu terkena dampak dari penyebaran virus corona, hal yang sama bisa jadi akan terjadi pada sinetron-sinetron religi yang tayang setiap bulan Ramadhan bila situasi tak kunjung membaik.

Semua rumah produksi telah menghentikan proses syuting sesuai imbauan pemerintah untuk berdiam diri dan bekerja dari rumah untuk menekan tingkat penyebaran COVID-19.

Dalam situasi normal, saat ini rumah produksi sedang menggarap episode demi episode serial televisi bergenre religi yang khusus ditayangkan selama bulan Ramadhan.

Takdir berkata lain. Virus COVID-19 mengubah drastis pola kerja sebagian besar orang.

Ada perusahaan yang menerapkan pola kerja di rumah, ada juga yang memberlakukan pola shift sehingga jumlah orang yang berkumpul di satu tempat bisa dikurangi.

Namun rumah produksi punya gaya kerja yang berbeda. Proses syuting melibatkan banyak kru dan pemain dalam jumlah besar di satu tempat.

"Kita tidak bisa work from home karena kita bekerja secara kolektif, bekerja bersama-sama," kata Chand Parwez Servia, produser dan pemilik rumah produksi Kharisma Starvision Plus kepada ANTARA, Senin.

Baca juga: Rumah produksi kalang kabut tuntaskan sinetron religi untuk Ramadhan

Baca juga: Garin Nugroho beri sentuhan religi di film "99 Nama Cinta"


Dua produksi judul sinetron khusus Ramadhan yang telah disiapkan harus ditunda sebelum rampung karena syuting pun dihentikan.

Satu judul sinetron sudah setengah rampung, satu lagi masih di tahap awal produksi. Jumlah episode yang selesai pun baru sedikit.

Dia hanya bisa berdoa, berharap dan menunggu apa yang akan terjadi untuk menentukan langkah berikutnya.

Jika situasi dunia sudah membaik dari virus corona dalam waktu dekat, rumah-rumah produksi punya kesempatan untuk mengerjakan sisa produksi sinetron religi yang belum rampung.

Rumah produksi Sinemart juga ikut menangguhkan proses syuting untuk bulan puasa. Sebagian sudah dikerjakan sebelum virus corona melanda dunia, tapi belum ada yang dibuat tamat untuk tayang selama sebulan penuh.

Baca juga: "Detective Conan: Scarlet Bullet" hingga "Ito" tunda tanggal rilis

Baca juga: HBO gratiskan "streaming" film dan serial selama pandemi


Selama ini, sebagian besar serial televisi diproduksi dalam waktu yang berdekatan dengan jadwal tayang.

Bukan hal lazim menyelesaikan proses produksi seluruh episode hingga tamat, baru kemudian menayangkannya.

"Full 30 episode enggak ada. Karena kita kan enggak tahu situasinya akan begini, enggak berani stok full juga, biasanya semua (dikerjakan) on-going," jelas humas Sinemart Dini Suryani.

Konten yang dipilih untuk ditayangkan, termasuk soal jadwal tayang, diputuskan oleh stasiun televisi yang bersangkutan, untuk Sinemart, yang dimaksud adalah SCTV.

"Karena situasi begini, ada beberapa yang tidak bisa melanjutkan syuting, berarti wewenang di SCTV, bagaimana mengatur penayangannya," kata Dini.

Baca juga: Sony Pictures tunda semua film besarnya hingga 2021

Baca juga: Profesi aktor suara diprediksi akan semakin dibutuhkan


Bersiap

Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh rumah produksi adalah bersiap melanjutkan pekerjaan ketika kondisi sudah aman.

"Kita kan standby saja ibaratnya, kalau sudah oke (kembali) syuting," imbuh Dini.

Di Jakarta, masa tanggap darurat penanganan virus corona (COVID-19) diperpanjang hingga 19 April 2020.

Produser Raam Punjabi optimistis rumah produksi bisa mengejar waktu pengambilan gambar yang hilang dengan segenap kekuatan bila virus corona bisa diatasi bulan ini.

"Kalau setelah tanggal 19 April (imbauan) stay at home dicabut, mungkin masih ada harapan," ujar Raam yang juga pemilik rumah produksi Multivision Plus.

Baca juga: Film B : Makin amatir makin diminati

Baca juga: Lima film Indonesia yang lebih dulu terkenal di luar negeri


Meski tenggat waktu untuk menyelesaikan konten Ramadhan semakin sempit, Raam yakin rumah-rumah produksi bisa menghasilkan tayangan-tayangan yang dibutuhkan selama bulan puasa.

Lagipula, tambah Raam, orang-orang yang berkecimpung di dunia tersebut sudah terbiasa ngebut saat bekerja.

Tapi bila masa bekerja di rumah kembali diperpanjang pada akhir April, Raam mengatakan saatnya "semua pihak harus menerima kenyataan".

Di satu sisi, penonton yang berada di rumah membutuhkan hiburan untuk melepas rasa bosan. Di sisi lain, rumah produksi yang menyediakan hiburan itu tak bisa bergerak bebas.

"Sekarang kita serba dalam ketidakpastian, tapi kita harus menghadapi dengan satu pengertian bahwa badai ini akan berlalu," kata Raam.

Ketidakpastian juga mempengaruhi aktor dan aktris yang saat ini mau tidak mau berdiam diri di rumah. Dude Harlino dan istrinya, Alyssa Soebandono, tahun lalu membintangi judul sinetron Ramadhan yang sama.

Tahun ini, sama seperti sebagian warga Jakarta yang lain, mereka beraktivitas di dalam rumah selama pandemi.

"Semua produksi sinetron dan film setahu saya off semua sementara, jadi kita belum syuting lagi sampai pemerintah menyatakan situasi COVID-19 sudah aman," kata Dude.

Baca juga: Rayakan Hari Film Nasional, saksikan 10 rekomendasi film Indonesia

Baca juga: Film remaja ala Fajar Bustomi


Grup komedi trio Bajaj --Aden, Isa dan Melky-- beberapa tahun belakangan tak pernah absen di layar kaca setiap bulan Ramadhan.

Manajer Bajaj, Satrio Wibowo, mengatakan pekerjaan di bulan Ramadhan terpengaruh lantaran situasi tak kondusif.

Seharusnya salah satu personel bertolak ke Bandung untuk syuting sebuah acara, namun COVID-19 membuat rencana itu ditangguhkan. Ada pula tawaran membintangi sebuah judul sinetron khusus Ramadhan, namun kini semua syuting terpaksa ditunda.

Kepastian pun tak kunjung didapatkan mengingat pandemik virus corona membuat industri istirahat sejenak.

"Masih abu-abu karena dampak corona," kata dia.

Di sisi lain, pihaknya juga masih berhati-hati di tengah pandemi. Mereka ingin memastikan situasi sudah aman sebelum kembali beraktivitas.


Baca juga: Ucapan Hari Film Nasional dari sineas tanah air

Baca juga: Jalan panjang untuk film animasi Indonesia

Baca juga: Lebih asyik mana, bikin film anggaran besar atau produksi lama?

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020