ada stok juga di Dinas Kesehatan, namun terbatas
Madiun (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono mengatakan penanganan pasien terduga terpapar virus corona atau COVID-19 terkendala dengan minimnya ketersediaan alat  rapid test  atau deteksi cepat antibodi.

Soelis, sapaan akbrab Soelistyo Widyantono mengaku alat kesehatan (alkes) itu sulit didapatkan saat ini dan stoknya langka di pasaran. Selama ini, pemeriksaan dengan rapid test di Kabupaten Madiun bergantung pada pemberian dari Pemprov Jatim.

"Selain bergantung pada pemberian, jumlah atau kuotanya juga terbatas. Sementara alat tes cepat yang dibutuhkan banyak. Terutama untuk mengantisipasi penyebaran virus corona terhadap para pemudik," ujar Soelis di Madiun, Jumat.

Baca juga: 140 orang ikuti "rapid test" corona di RSUD Soedono Madiun
Baca juga: Satu warga Kabupaten Madiun-Jatim terkonfirmasi positif COVID-19


Pihaknya berencana memesan sebanyak 4.000 unit alat rapid test , tapi barang tersebut sulit dicari di pasaran. Ia, menyebut ada sebanyak 240 unit rapid test  bantuan pemprov yang kemudian disalurkan ke sejumlah fasilitas kesehatan (faskes).

Seperti 40 unit diberikan ke RSUD Caruban, 20 unit ke RSUD Dolopo, 40 unit ke Puskesmas Geger, serta masing-masing 20 unit didistribusikan ke Puskesmas Gantrung, Wungu, Jiwan, Balerejo, Mejayan, Krebet, dan Gemarang.

"Masih ada stok juga di Dinas Kesehatan, namun terbatas. Dan, kalau habis mengajukan lagi ke Provinsi Jatim," kata Soelis.

Karena di pasaran langka, pihaknya juga belum bisa memastikan pengadaan ribuan alat rapid test senilai Rp22 miliar tersebut. Untuk itu, tes cepat deteksi COVID-19 di Kabupaten Madiun hanya dilakukan pada mereka yang masuk kriteria khusus. Misalnya warga yang menunjukkan gejala terpapar COVID-19 atau saat kondisi tertentu.

"Prosedur sudah jelas. Kalau tidak ada gejala klinis, dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah," kata dia.

Baca juga: Pemkot Madiun fasilitasi pembelian produk 533 UMKM terdampak corona
Baca juga: Pemkot Madiun anggarkan Rp25 miliar bagi penguatan ekonomi UMKM


Meski alkes itu sekarang dibutuhkan, namun Soelis menegaskan hasil rapid test bukan merupakan penentu positif tidaknya seseorang terinfeksi COVID-19. Sebaliknya, alkes tersebut sebatas pendeteksi dini. Untuk memastikan perlu dilakukan tes lanjutan berupa uji swab.

"Yang lebih penting itu adalah mematuhi peraturan pemerintah mengenai pencegahan COVID-19. Misalnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, memakai masker, dan tetap menjaga jarak," katanya.

Sesuai data, jumlah warga Kabupaten Madiun yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak tiga orang. Dari tiga orang tersebut, pasien pertama telah dinyatakan sembuh. Sedangkan dua pasien lainnya masih dirawat di RSUD dr Soenono Madiun.

Baca juga: RSUD Soedono Madiun rawat 30 PDP, delapan di antaranya positif corona
Baca juga: RSUD Soedono Madiun sediakan ruang isolasi tambahan pasien corona

 

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020