Johannesburg (ANTARA) - Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane akan mundur dari jabatannya pada Rabu demi memberikan jalan untuk menyelesaikan krisis politik yang terjadi pada akhir tahun lalu, kata dia saat diwawancarai kantor berita AFP.

Terkait informasi itu, juru bicara Thabane belum memberi keterangan. Koalisi partai pendukung Thabane di parlemen bubar, Senin (11/5). Thabane pun diminta untuk mundur dari jabatannya sampai akhir minggu depan untuk memberi jalan bagi pemerintahan baru.

PM Thabane telah menerima banyak tekanan untuk mundur saat ia dan istrinya diduga terlibat pada pembunuhan mantan istrinya hampir tiga tahun lalu. Walaupun demikian, Thabane dan istrinya membantah dugaan tersebut.

Thabane, sebagaimana dikutip dari AFP, mengatakan ia akan mengirim surat pengunduran diri ke Raja Letsie III, Rabu.

Kepolisian pada akhir tahun lalu menyebut Thabane dan istrinya, Maesaiah, kemungkinan terlibat dalam kasus pembunuhan itu. Pernyataan itu pun memicu krisis politik di Lesotho karena banyak pihak meminta Thabane mundur dari jabatannya.

Ia menentang permintaan itu sampai akhirnya koalisi partai pendukung bubar, Senin.

Semua pihak sepakat Menteri Keuangan Moeketsi Majoro akan menggantikan Thabane untuk sementara waktu.

Maesaiah telah didakwa terlibat kasus pembunuhan, sementara Thabane masih ditetapkan sebagai tersangka. Ia belum secara resmi menerima tuntutan dari jaksa.

Sejumlah anggota parlemen mengatakan Thabane tidak mendapat tawaran impunitas saat ia menandatangani kesepakatan membubarkan pemerintah.

Para anggota koalisi Konvensi All Basotho (ABC) dan partai-partai oposisi telah menekan Thabane untuk mundur. Afrika Selatan, negara tetangga Lesotho, ikut meminta Thabane berhenti dari jabatannya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Istri perdana menteri baru Lesotho tewas ditembak
Baca juga: PM Lesotho lari ke Afrika Selatan tuduh militer kudeta
Baca juga: Blok regional SADC kirim pengamat ke Lesotho setelah kudeta

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020