Jakarta (ANTARA) - Merek navigasi GPS, perangkat nirkabel dan aplikasi, Garmin bekerja sama dengan para ilmuwan dari berbagai universitas dan institusi penelitian di seluruh dunia saat ini meneliti potensi smartwatch sebagai perangkat yang dapat membantu mendeteksi dini COVID-19.

Pihak Garmin dalam siaran persnya, ditulis Selasa mengungkapkan penelitian ini memiliki dua premis sederhana yakni peningkatan detak jantung sebagai tanda awal dari common cold (selesma), flu atau COVID-19. Kedua, smartwatch Garmin memiliki fitur pemantau detak jantung berbasis pergelangan tangan.

Gabungan keduanya diklaim akan sangat membantu masyarakat untuk mendeteksi dini atas indikasi awal infeksi virus.

Baca juga: Fitbit dan Garmin diinvestigasi atas dugaan pelanggaran paten

Baca juga: Garmin sudah terintegrasi dengan Spotify


Lebih lanjut, penelitian dari Scripps Research DETECT berusaha untuk mencari tahu apakah perubahan pada denyut jantung, aktivitas dan kualitas tidur pada individu, dapat menjadi indikasi awal dari penyakit yang sangat viral, seperti COVID-19.

Dalam penelitian ini, pengguna Garmin dapat ikut berpartisipasi melalui aplikasi MyDataHelps yang akan memandu mereka untuk memberikan persetujuan, menyinkronkan perangkat dan memasukkan data pribadi yang dibutuhkan dalam aplikasi.

Melalui data ini, para ilmuwan berharap dapat mengidentifikasi kemungkinan munculnya penyakit seperti influenza pada pengguna dan memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi wabah COVID-19.

Baca juga: Pentagon larang pegawai gunakan Apple Watch, Garmin, Fitbit

Baca juga: Garmin hadirkan arloji pintar seharga motor


Kemudian, mengenai perangkat wearable untuk mendeteksi penyakit. Garmin berpartisipasi dalam studi oleh Duke University untuk memperlambat penyebaran COVID-19.

Label itu mendorong penggunanya untuk menautkan data pada smartwatch-nya ke studi untuk membantu para peneliti dalam mempelajari bagaimana detak jantung dan gerakan mereka terpengaruh COVID-19.

Di sisi lain, institusi penelitian PhysioQ membuka daftar tunggu untuk NEO, sebuah platform pemantauan COVID-19 gratis untuk memantau kondisi keluarga di rumah.

Peneliti nantinya menggunakan produk-produk andalan yang dipercaya oleh para peneliti, termasuk smartwatch Garmin dan pelacak aktivitas lainnya dapat melakukan pemantauan pada tingkat saturasi oksigen, detak denyut jantung, dan lainnya dari jauh.

Data-data anonim yang berhasil dikumpulkan akan disumbangkan untuk membuat salah satu database terbuka COVID-19 terbesar di dunia.

Beberapa peneliti menyetujui menjalankan inisiatif ini, termasuk Dr. Andrew Ahn, seorang internis dan peneliti yang merawat pasien dan Dr. Chung-Kang Peng, Director of the Center for Dynamical Biomarkers dan Associate Professor of Medicine at Harvard Medical School.

“Kami percaya insights yang diperoleh dari data ini dapat mengubah pendekatan uji klinis kami dan secara signifikan mempercepat proses deteksi penyakit,” kata Dr. Ahn.

Baca juga: Garmin tak pandang Xiaomi dan Samsung sebagai kompetitor

Baca juga: Garmin perkenalkan komputer selam pertamanya, Descent Mk1

Baca juga: Garmin perkenalkan jam analog pintar Vivomove HR

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020