Sejumlah ruas jalan serta pemukiman warga di Ibu kota Provinsi Kaltim tersebut digenangi luapan air, dan kondisi terparah terjadi di kawasan Kecamatan Samarinda Utara yang sempat memutus akses jalan menuju Bandara APT Pranoto Samarinda sejak Jumat(2
Samarinda (ANTARA) - Wilayah kota Samarinda, Kalimantan Timur kembali di kepung banjir  pada malam Lebaran, akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari belakangan.

Sejumlah ruas jalan serta pemukiman warga di Ibu kota Provinsi Kaltim tersebut digenangi luapan air, dan kondisi terparah terjadi di kawasan Kecamatan Samarinda Utara, yang sempat melumpuhkan akses jalan menuju Bandara APT Pranoto Samarinda sejak Jumat (22/5).

Saat ini genangan meluas di sejumlah titik langganan banjir, seperti di Jalan dr Sutomo, Jalan Pangeran Antasari dan kawasan simpang Sempaja Samarinda.

"Tadi pagi genangan air hanya sebatas mata kaki, tapi saat ini ketinggian air sudah mencapai lutut orang dewasa," kata Sudarno warga Sutomo yang ditemui Sabtu malam.
Baca juga: Banjir Samarinda rendam 12 kelurahan

Di lokasi tersebut terdapat Masjid yang sebagian halamannya juga ikut terendam banjir, namun terlihat masih ada aktifitas panitia pembagian zakat dan masyarakat yang mengumandangkan takbir.

Sejumlah warga juga mulai memindahkan barang, karena khawatir air akan masuk ke rumah warga.

"Persiapan saja, karena lebaran tahun lalu rumah kami terendam, dan banyak barang yang rusak, makanya kami siap- siap pindahkan barang," kata Marzuki warga di lokasi yang sama.
Baca juga: BPBD: Korban banjir di Samarinda 18 ribu jiwa

Sementara itu, Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kota Samarinda, Riza Alfian Noor memperkirakan hujan masih akan terjadi pada periode 23 hingga 25 Mei mendatang.

“Kami prediksinya musim kemarau paling cepat datang akhir Juni. Itu daerah Kaltim bagian utara. Untuk Samarinda diprediksi di akhir Juli baru kemarau. Artinya warga masih harus tetap waspada ancaman banjir,” ujar Riza.

Riza menjelaskan, masih tingginya curah hujan karena pola karakteristik pada masa transisi menimbulkan anomali cuaca. Di mana dalam periode yang relatif pendek, cuaca berubah.
Baca juga: Pemkot Samarinda perpanjang status darurat banjir

Pewarta: Arumanto
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020