Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Hutan mengatakan laju deforestasi atau penebangan hutan turut memicu peningkatan angka macan tutul jawa atau Panthera pardus melas ke luar dari hutan menuju permukiman masyarakat.

"Hasil penelitian yang dilakukan laju deforestasi di Jawa kurun waktu 2000 hingga 2008 mengakibatkan macan tutul jawa ke luar hutan meningkat," kata peneliti ahli utama Pusat Litbang Hutan Prof. Ris. Dr Hendra Gunawan saat diskusi daring terkait Pengelolaan Macan Tutul Jawa Pascapandemi COVID-19 yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Dalam penelitian itu ditemukan bahwa macan tutul Jawa ke luar hutan juga dipengaruhi oleh musim. Pada musim hujan tercatat 62,5 persen hewan endemik Jawa itu ke luar hutan dan 37,5 persen saat musim kemarau.

Baca juga: Peneliti: Habitat ancaman utama Macan Tutul Jawa

Ia menjelaskan saat musim kemarau satwa tersebut ke luar hutan disebabkan oleh kekeringan, tumbuhan hijau berkurang, populasi herbivora turun sehingga mangsanya juga berkurang.

Selain itu, selama kurun waktu 1993 hingga 2020 Pusat Litbang Hutan juga mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan macan tutul jawa ke luar dari hutan selama 27 tahun terakhir.

"Saya mendapatkan 183 record macan tutul jawa ke luar dari hutan. 172 di antaranya catatan dan datanya lengkap," kata dia.

Selama penelitian itu, Pusat Litbang Hutan juga berhasil mengidentifikasi jenis kelamin macan tutul jawa dengan 91 catatan. Data tersebut penting guna analisis berbagai kebutuhan penelitian berikutnya.

Baca juga: Kebun Binatang Bandung berencana potong rusa untuk pakan hewan

Kemudian, kata dia, sebanyak 106 ekor macan tutul dan 20 ekor macan kumbang dan sisanya tidak teridentifikasi juga berhasil dihimpun selama 27 tahun terakhir.

Dari penelitian tersebut didapatkan data bahwa satwa liar itu pada umumnya ke luar dari hutan untuk memangsa ternak dengan 75 kasus.

"Empat puluh lima kasus ditangkap atau diselamatkan oleh tim rescue, ditangkap masyarakat 21 kasus, 19 kasus hewan itu masuk dan melintas pemukiman warga," ujarnya.

Tidak hanya itu tercatat sebanyak 12 kasus macan tutul jawa dibunuh dan terbunuh, terjerat enam kasus dan mati diracun sebanyak lima kasus.

Baca juga: Macan tutul Gunung Lawu mati, ini penjelasan pengelola TSTJ

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020