Kami mewakili mahasiswa yang ada di Jakarta. Masyarakat Papua cinta damai. Kemudian, kasus rasisme di Amerika Serikat tidak sama dengan di Papua. Jangan bawa kasus itu untuk memperkeruh suasana
Jakarta (ANTARA) - Para mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Solidaritas Papua NKRI menyerukan kecintaan mereka terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan patuh terhadap peraturan yang berlaku.

"Kami mewakili mahasiswa yang ada di Jakarta. Masyarakat Papua cinta damai. Kemudian, kasus rasisme di Amerika Serikat tidak sama dengan di Papua. Jangan bawa kasus itu untuk memperkeruh suasana," ujar Koordinator Solidaritas Papua NKRI Robert Rolan Ricard, melalui pernyataan tertulis, di Jakarta, Senin.

Hal tersebut disampaikannya seiring belakangan ini yang ramai tagar "BlackLiveMatter" yang dikaitkan dengan situasi masyarakat di Papua.

Baca juga: BIN: Pembangunan di Papua "on the track"

Robert juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat Papua agar tidak terpancing dan tetap beraktivitas seperti biasa.

"Bagi saudara di Papua lainnya tetap aktivitas seperti biasa, termasuk studi untuk membangun Papua untuk lebih baik," ujar Robert seraya menegaskan Papua sangat setia dengan NKRI.

Selain itu, ia menegaskan bahwa warga Papua sangat patuh dengan hukum yang berlaku, baik hukum adat maupun hukum yang berlaku di NKRI.

Baca juga: Ketua MPR: Waspadai provokator manfaatkan isu rasisme di Papua

Oleh karena itu, Robert meminta agar semua pihak tidak ada yang memanfaatkan situasi saat ini dengan mengalihkan isu ke arah mendukung separatisme di Tanah Air, khususnya untuk gerakan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Karena tanpa kita sadari, KKB adalah kelompok teroris berdarah dingin yang sedang mencari dukungan dengan berkedok perjuangan rakyat," ucapnya menegaskan.

Sebelumnya, puluhan mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Solidaritas Papua NKRI itu sempat juga aksi damai di kawasan Monas, Jakarta, menyerukan kecintaan mereka terhadap NKRI.

Baca juga: Tokoh Papua ajak semua pihak hargai proses hukum kasus demo anarkis

Baca juga: Anak Papua berpeluang menjadi pemimpin bangsa

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020