Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif Ph.D menyarankan pemerintah agar menerapkan kebijakan normal baru secara bertahap guna mengantisipasi peningkatan penyebaran virus corona atau COVID-19.

"Penerapan bertahap ini bertujuan agar kita memudahkan mengontrol apabila ada temuan kasus baru," kata dia di Jakarta, Rabu.

Sebagai contoh, penerapan bertahap di sektor pendidikan yaitu proses belajar mengajar anak didik masuk per gelombang.

Misalnya pada gelombang pertama terdapat 10 anak yang masuk kelas. Kemudian selama 14 hari ke depan dilakukan evaluasi atau pemeriksaan apakah mereka aman dari virus atau tidak.

Baca juga: Ahli epidemiologi: Beri perhatian pada manajemen kasus COVID-19

Baca juga: Ahli Epidemiologi: Perubahan perilaku kunci hadapi normal baru


Jika tidak ada yang terinfeksi virus maka anak didik gelombang kedua bisa masuk kelas dan begitu selanjutnya dengan mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan.

"Langkah ini bisa dilakukan pada komunitas tertutup misalnya pondok pesantren," ujarnya.

Selain di ranah pendidikan, Syahrizal juga menyoroti penerapan normal baru yang produktif dari sisi ekonomi juga bisa dilakukan namun dengan beberapa catatan.

Pertama, untuk pasar tradisional seharusnya pemerintah lebih meningkatkan perlindungan kesehatan para pedagang bukan malah membatasi dengan cara kebijakan ganjil genap kepada pedagang.

Perlindungan tersebut bisa dilakukan dengan cara menyediakan masker, fasilitas cuci tangan, face shield atau alat pelindung muka hingga sekat-sekat berupa plastik antar pedagang dengan pengunjung.

Ia menekankan pengetatan protokol kesehatan harus lebih diutamakan kepada pedagang. Sebab, satu orang pedagang bisa berinteraksi langsung dengan puluhan hingga ratusan orang dalam satu hari di tempat yang sama.

Sementara di pusat perbelanjaan modern atau mal, ia menilai seharusnya protokol kesehatan bisa jauh lebih ketat melalui penerapan satu pintu masuk dan satu pintu keluar.*

Baca juga: Normal baru, pemerintah perlu perkuat aktivitas perekonomian rakyat

Baca juga: Pemerintah tingkatkan program pemulihan ekonomi antisipasi normal baru

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020