Indonesia rentan tertular penyakit perikanan dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam sebagai penghasil produk perikanan budi daya di Asia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) berkolaborasi membuat kajian dampak ekonomi dan penanganan kesehatan perikanan di Indonesia.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, menyatakan KKP sepakat melakukan kerja sama dengan FAO terkait proyek "Pilot testing of the Progressive Management Pathway for Aquaculture Biosecurity (PMP/AB) in Indonesia".

Baca juga: KKP-FAO tingkatkan kerja sama inovasi pakan alternatif dengan maggot

Selain itu, ujar dia, pihaknya juga telah membahas mengenai usulan kerja sama untuk proyek "Penilaian Ekonomi terhadap Beban Penyakit Ikan pada Perikanan Budi Daya di Indonesia".

Slamet menyatakan bahwa KKP menyambut baik dan sepakat dengan usulan kerja sama yang diajukan.

Menurut dia, kedua proyek ini akan sangat diperlukan di Indonesia karena beberapa faktor seperti tingginya hasil produksi akuakultur Indonesia, kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau terpencar sehingga konsep penanganan penyakit harus dibuat secara komprehensif, serta keragaman komoditas yang dibudidayakan di Indonesia.

Ia juga mengingatkan Indonesia rentan tertular penyakit perikanan dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam sebagai penghasil produk perikanan budi daya di Asia.

"Saat ini, juga merupakan momen yang tepat untuk melaksanakan kedua proyek karena pemerintah sedang sangat peduli terhadap perikanan budi daya, sehingga program yang dapat mendorong kemajuan perikanan budi daya di Indonesia akan dapat lebih cepat diimplementasikan," ujarnya.

Slamet menambahkan bahwa proyek yang akan berjalan diharapkan memiliki hasil keluaran yang konkrit, sehingga dapat menjadi percontohan untuk dapat diterapkan di kawasan budi daya yang lainnya di berbagai daerah Nusantara.

Dirjen Perikanan Budidaya mencontohkan proyek kerja sama sebelumnya dengan FAO yang berhasil memproduksi pakan ikan mandiri untuk komoditas patin yang formulasinya menghasilkan daging ikan patin yang lebih putih.

"Selain output yang jelas, lokasi yang akan dipilih harus benar-benar tepat, dan dapat menerapkan biosekuriti serta SOP secara kontinu. Ke depan juga harus bisa diproyeksikan untuk kawasan tersebut selain menerapkan biosekuriti secara berkelanjutan juga dapat menjadi kawasan budi daya yang bebas penyakit tertentu," ujarnya.

Khusus untuk proyek studi kasus tentang penilaian ekonomi terhadap beban penyakit pada budi daya ikan, Slamet berpendapat bahwa imbas dari penyakit ikan harus dapat dihitung dan diminimalkan untuk mengurangi dampak ekonomi bagi pembudi daya.

Baca juga: KKP: Indonesia konsumsi sekitar 13 juta ton ikan/tahun
Baca juga: KKP-FAO kerja sama produksi formula pakan ikan patin

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020