Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan kurikulum pendidikan vokasi harus disusun bersama dengan industri dalam program "pernikahan massal".

"Program wajib pertama di dalam "pernikahan massal" atau link and match adalah kurikulum yang disusun bersama dan disetujui oleh industri. Tidak hanya disusun bersama, tetapi harus sampai pada tahap disetujui oleh pihak industri dan calon pengguna lulusan. Ini adalah syarat utama dalam konsep "pernikahan massal" yang saat ini digalakkan," ujar Wikan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.

Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto didampingi langsung oleh Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Beny Bandanadjaja, melakukan kunjungan kerja ke Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta, Program Vokasi Universitas Indonesia.

Baca juga: Mendikbud tegaskan pentingnya sinergi pendidikan vokasi dan pebisnis

Wikan menjelaskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri yaitu kompetensi teknis dan nonteknis yang seimbang.

"Tidak boleh hanya satu diantaranya yang dikuatkan, maka harus diikuti dengan menghadirkan dosen tamu praktisi dan ahli dari industri, serta merancang program magang sejak awal pada penyusunan kurikulum. Tidak bisa, tanpa kurikulum disetujui oleh industri, lalu tiba-tiba mahasiswa datang ke industry untuk meminta diterima magang," jelas dia.

Industri juga harus menyatakan komitmen yang kuat untuk menyerap lulusan kampus-kampus vokasi Indonesia.

"Tidak mewajibkan industri menerima, namun meminta komitmen yang kuat untuk menyerap lulusan, apabila kurikulum dan magang sudah dirancang bersama dan sesuai kebutuhan riil di dunia kerja," kata dia lagi.

Wikan menjelaskan hampir seluruh prodi di Polimedia, PNJ dan Program Vokasi UI, sudah menerapkan empat paket minimal "pernikahan massal" tersebut.

Baca juga: Kemendikbud luncurkan Forum Pengarah Vokasi

Menurut dia, hal itu bagus sekali dan sesuai dengan fakta serapan lulusan kampus tersebut yang mencapai di atas 80 persen.

Wikan menambahkan bahwa kondisi ini tentu sangat dipengaruhi oleh besarnya potensi industri-industri di Jakarta.

"Kepastian ini masih harus diperjuangkan agar terjadi di seluruh kampus-kampus vokasi di Indonesia. Bahkan, PNJ sudah cukup lama menerapkan dual system mirip di Jerman, yaitu pembelajaran dan perkuliahan diselenggarakan di dalam kawasan industri HOLCIM. Jadi, mahasiswa kuliah, dan belajar sambil bekerja di dalam industri serta mendapatkan honor yang baik setiap bulannya," terang Wikan.

Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan PT Formosa Teknologi Central, Kamis (16/07). Kerja sama tersebut untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan kebutuhan industri.

Adapun paket kerja sama yang dilakukan meliputi kuliah umum industri, penyediaan tempat magang bagi mahasiswa, rekrutmen lulusan, penyusunan kurikulum berbasis industri, pemberdayaan sumber daya manusia, dan penyediaan fasilitas sarana prasarana pembelajaran, serta lainnya.

Penandatanganan MoU kerja sama dilakukan oleh Direktur PNJ, Dr Zaenal Nur Arifin dan Direktur Utama PT Formosa Teknologi Central, Mr Kao Ying Chang di lantai 3 Gedung Direktorat PNJ, Kampus UI Depok.

Wikan juga memberi tantangan kepada Polimedia untuk mengubah seluruh prodi jenjang D3 menjadi D4, atau Sarjana Terapan, pada 2021, serta membuka prodi Magister (S-2) Terapan pada 2022.

Menanggapi tantangan tersebut, Direktur Polimedia Purnomo Ananto menyatakan siap menerima tantangan tersebut. Kegiatan di Polimedia juga dihadiri sejumlah perwakilan industri.*

Baca juga: Kemendikbud targetkan 90 persen vokasi "nikah massal" dengan industri
Baca juga: Kemendikbud : Program "Pernikahan Massal" untungkan dunia industri
Baca juga: Kemendikbud susun indikator "pernikahan massal" vokasi dan industri

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020