Pangan, yang sehat, lezat, dan berserat, harus menjadi panduan dalam perakitan teknologi olahan pangan ke depan
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian terus melakukan inovasi teknologi untuk menghasilkan produk olahan pangan sehat untuk mendukung kesehatan masyarakat.

Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan Fadjry Djufry di Jakarta, Rabu mengatakan saat ini, obat termujarab adalah pangan sehat yang mampu membuat tubuh tetap fit sehingga memiliki imunitas atau daya tahan yang baik untuk melawan patogen yang menyerang.

Akhir-akhir ini, tambahnya, terlihat kecenderungan perubahan pola konsumsi pangan, terutama pada generasi milenial, generasi Z, dan generasi seterusnya.

Terjadi peningkatan yang signifikan pada permintaan makanan siap saji akibat perubahan preferensi produk olahan pangan.

Baca juga: Cegah stunting, Balitbangtan panen Inpari Nutri Zinc di Kubu Raya

Menurut dia, pangan, yang sehat, lezat, dan berserat, harus menjadi panduan dalam perakitan teknologi olahan pangan ke depan, agar generasi mendatang tetap terjaga imunitas tubuhnya dengan asupan gizi yang seimbang dari produk olahan pangan yang dikonsumsinya.

"Bahan baku produk olahan pangan yang diperoleh dari hasil panen proses budi daya agar bisa diterima kalangan industri haruslah terjaga kontinuitas, kualitas, dan kapasitasnya. Kalau kontinuitas dan kualitas sudah terjamin, maka kalangan industri tidak ragu lagi akan meningkatkan kapasitas produksi bersumber bahan baku tersebut," katanya dalam webinar bertema "Menu Sehat Menunjang Kesehatan Masyarakat Menuju Era Industri Pangan".

Oleh karena itu, lanjut Fadjry, peran Balitbangtan sangat strategis di semua lini proses tersebut, dari teknologi perakitan varietas yang dikehendaki kalangan industri, teknologi budi daya agar efisien biaya dan optimal panen, pemrosesan panen dan pascapanen.

Hingga teknologi pengolahan menjadi produk siap saji bahkan produk siap santap diperlukan guna memenuhi selera dan preferensi konsumen dan permintaan pasar.

Bertolak dari kondisi tersebut, tambahnya, litbang khususnya tanaman pangan harus bergerak dengan peran ganda, yaitu pemenuhan pangan untuk publik dan kebutuhan industri.

Untuk mencapai output tersebut, litbang pertanian harus menjalankan kegiatan risetnya secara kolaboratif dan inovatif.

Kerja sama segenap stakeholder harus dijalin dengan baik, sehingga kerja yang dilaksanakan secara multidisiplin dan multimitra bisa berlangsung dengan lancar.

Sinergi dengan kalangan industri harus dilakukan sejak awal, saat produk dirancang, karena merekalah yang nantinya akan memanfaatkan hasil litbang tanaman pangan untuk menghasilkan produk-produk olahan pangan yang dikehendaki pasar atau dimaui konsumen.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S  Lukman mengatakan saat ini banyak negara maju yang mengembangkan natural food dan Indonesia memiliki banyak sekali tanaman pangan yang bisa dihasilkan untuk natural food dan bernilai tambah.

Menurut dia, sekarang orang lebih mementingkan food safety dan Instagramable, serta manfaat kesehatan yang jelas sehingga ini harus terus dikembangkan.

Di Indonesia sudah banyak produk pangan olahan yang diproduksi untuk menjaga kesehatan secara natural.

"Ini menjadi peluang bagi Indonesia bagaimana mengembangkan tanaman-tanaman pangan yang bisa dikembangkan untuk kebutuhan industri pangan," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan bahwa Kementerian Pertanian memiliki peran strategis dalam menciptakan ketahanan pangan di Indonesia.

Sebab, indikator sebuah ketahanan bangsa atau negara itu sangat berkaitan pemenuhan gizi dan ketahanan pangan.

Di tengah pandemi COVID-19, ketidakmampuan untuk mengonsumsi makanan bergizi relatif meningkat oleh karena itu Kementan diharapkan mendorong dan menggerakkan masyarakat agar tidak hanya menanam tanaman yang menghasilkan karbohidrat, tapi juga umbi-umbian, kacang-kacangan, serta tanaman lain yang bisa konsumsi untuk mengurangi efek dari persoalan COVID-19.

Baca juga: Banyak keunggulan, Balitbangtan dorong warga manfaatkan sorgum bioguma
Baca juga: Balitbangtan sebut 50 tanaman berpotensi sebagai antivirus

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020