CHSE ini akan menggerakkan semua kegiatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. CHSE ini diperlukan agar kita mempunyai persamaan langkah menuju kebiasaan baru
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memastikan protokol kesehatan diterapkan dalam adaptasi kebiasaan baru oleh para pelaku usaha perhotelan dan restoran di tanah air.

Analis Kebijakan Kemenparekraf, Noviendi Makalam, dalam Seminar Daring bertajuk “Adaptasi Kebiasaan Baru yang Sehat, Aman, dan Produktif Bagi Para Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”, Rabu, mengatakan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Enviromental Sustainability) yang diinisiasi Kemenparekraf sangat penting diterapkan oleh pelaku usaha di bidang hotel dan restoran maupun konsumen di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

"CHSE ini akan menggerakkan semua kegiatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. CHSE ini diperlukan agar kita mempunyai persamaan langkah menuju kebiasaan baru," kata Noviendi.

Noviendi, menjelaskan Kemenparekraf telah menerbitkan buku panduan protokol kesehatan di bidang hotel, restoran, dan pelaku usaha ekonomi kreatif yang dapat diunduh di website https://www.kemenparekraf.go.id/.

Buku panduan ini dibuat seaplikatif dan semudah mungkin dimengerti oleh lapisan masyarakat baik pengusaha, pelaksana, maupun pembina kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

Tenaga Ahli Menteri Bidang Manajemen Strategis Kemenparekraf, Achmad Syahreza, memaparkan bahwa bisnis pariwisata adalah bisnis kepercayaan sehingga para pelaku usaha dan ekonomi kreatif harus dapat menjalankan protokol kesehatan sebaik-baiknya.

Tujuannya, untuk memudahkan dalam membangun rasa percaya dan aman bagi wisatawan.

"Sekarang ini, yang terpenting adalah membangkitkan rasa percaya sehingga wisatawan mau berwisata lagi tapi tetap aman dari COVID-19," ujar Syahreza.

Kapoksi Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat RI, Dewi Coryati, menambahkan, pandemi COVID-19 telah mengubah kebiasaan lama menuju kebiasaan baru dalam hal perilaku masyarakat sehingga selama vaksin belum ditemukan maka tren berwisata akan mendorong wisatawan memilih destinasi wisata dengan lingkungan yang memiliki protokol kesehatan yang memadai, termasuk hotel dan restoren sekitar tempat wisata.

"Tren wisata kini yaitu wisata alam atau ecotourism, kearifan lokal, destinasi jarak pendek, atau travel domestik, destinasi yang bersih, aman, sehat, dan dengan protokol kesehatan," ujar Dewi.

Sementara itu, Senior Medical Consultant ALODOKTER, dr. Alain Sihombing, menjelaskan untuk mencegah penularan COVID-19 di tempat kerja khususnya di bidang perhotelan dan restoran yang kerap berinteraksi dengan masyarakat, untuk selalu menjaga protokol kesehatan, yaitu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan, membersihkan area hotel atau restoran, selalu menerapkan “physical distancing”, hingga selalu menggunakan alat pelindung diri (APD).

"Apalagi di restoran dan hotel, kami sarankan untuk memperbanyak spot-spot cuci tangan, terlebih lagi kepada rekan-rekan yang memegang makanan langsung, seperti koki, atau yang membawa makanan ke pelanggan. Dan juga terapkan setidaknya seminggu sekali secara berkala untuk melakukan pembersihan dan desinfektan area wisata. Atau bisa juga rajin membersihkan area termasuk tempat duduk yang telah diduduki oleh pengunjung,” ujar dr. Alain.

Baca juga: Kemenparekraf dorong wirausaha kuliner jadi "food startup"

Baca juga: UMKM kreatif didorong manfaatkan teknologi untuk perluas pasar

Baca juga: Film "Une Barque Sur L'Ocean" diputar di Prancis promosikan Indonesia

Baca juga: Kemenparekraf yakinkan berwisata aman di adaptasi kebiasaan baru


 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020