Perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri itu tinggi, dan itu akan memberikan daya tarik masuknya aliran modal asing
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Wardjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terlalu rendah dari level fundamentalnya (undervalue), sehingga ruang apresiasi mata uang RI ke depan masih terbuka.

Jika kurs rupiah melemah dalam beberapa hari terakhir, kata Perry di Jakarta, Rabu, lebih disebabkan karena sentimen teknikal, bukan berasal dari faktor fundamental ekonomi.

“Nilai tukar rupiah itu adalah secara fundamental masih undervalue, Dan kemudian, akan berpotensi menguat ke depan, sesuai dengan tingkat fundamentalnya,” ujar Perry.

Perry beralasan seluruh faktor fundamental yang mempengaruhi kurs berkondisi baik. Laju inflasi terus terkendali dan diperkirakan berada di bawah sasaran inflasi bank sentral (inflation targeting framework) yang sebesar 2-4 persen akhir tahun ini.

Defisit neraca transaksi berjalan yang kerap membayangi kinerja makro ekonomi setiap tahunnya pun diperkirakan BI akan menurun menjadi di bawah 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto.

Sementara itu, BI juga masih yakin besaran suku bunga acuan kebijakan (BI-7 Day Reverse Repo Rate) sebesar empat persen lebih menarik dibandingkan suku bunga acuan negara-negara lain.

“Perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri itu tinggi, dan itu akan memberikan daya tarik masuknya aliran modal asing, termasuk ke portofolio SBN (Surat Berharga Negara/SBN) dan saham,” tutur Perry.

Hal-hal fundamental tersebut yang membuat bank sentral yakin depresiasi nilai tukar rupiah terhadap greenback dolar AS dalam beberapa hari terakhir lebih karena faktor teknikal.

“Bahwa pergerakan nilai tukar akhir-akhir ini lebih ke teknikal, lebih jangka pendek,” ujarnya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada pertengahan bulan ini memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate (7DRR) pada level empat persen.

Keputusan ini sejalan dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga dan sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.

Pascapengumuman suku bunga acuan, rupiah di pasar spot pada Rabu sore ditutup menguat 72 poin atau 0,49 persen menjadi Rp14.773 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.845 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah terapresiasi jelang pengumuman hasil rapat BI
Baca juga: BI sebut isu gelombang kedua COVID-19 bikin rupiah tertekan 3 hari ini
Baca juga: Keluarkan uang kertas Rp75.000, BI: Ini tidak termasuk redenominasi


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020