Pasar Jaya yang ingin merombak ulang pasar yang memiliki luas sebesar 10.000 meter persegi
Jakarta (ANTARA) - Sehari usai Pasar Cempaka Putih dilahap  si jago merah, sejumlah orang terlihat mengais-ngais puing kebakaran yang semula merupakan kios,  padahal masih terlihat  asap mengepul di lokasi itu. Mereka merupakan pedagang korban kebakaran yang tengah mencari potongan kayu dan besi  untuk dijadikan bahan membuat lapak sementara.

Secara swadaya pedagang yang mayoritas berjualan sayur, buah, dan bahan pokok itu pun membentuk petak-petak yang dibatasi tali rafia untuk dibuatkan lapak sementara di lahan parkir Pasar Cempaka Putih.

Terlihat tak sedikit pula pedagang yang akhirnya mendirikan kios sementara  berbahan triplek di atas saluran air depan Pasar Cempaka Putih karena tak kebagian lapak di lahan parkir.
Pedagang Pasar Cempaka Putih mencari bahan dari sisa kios yang terbakar sebagai bahan baku untuk lapak sementara pasca kebakaran Pasar Cempaka Putih, Jumat (25/9/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)


Usaha untuk bangkit di tengah bencana itu pun dilakukan oleh sepasang suami istri bernama Ngadiman (72) dan Saniyah (68) yang sudah berdagang di Pasar Cempaka Putih sejak 1970.

Seolah menguatkan hati, Saniyah mengelus punggung Ngadiman mengajaknya rehat sejenak sehabis membuat meja untuk lapak sementara dari sisa kayu-kayu di lapaknya, Saniyah pun bercerita bahwa ini kali keduanya merasakan kerugian selama menjadi pedagang sayur akibat kebakaran Pasar Cempaka Putih.

Baca juga: Tempat sementara Pasar Cempaka Putih tunggu garis polisi dibuka

“Ibu sudah dua kali ngerasain kayak gini, pertama pas zaman demonstrasi besar-besaran minta Pak Harto lengser. Kedua ya ini, habis semua nangka ku padahal baru distok,” ujar Saniyah.

Ngadiman yang beristirahat sambil menyeruput teh manis hangat yang dipesankan istrinya tak lama bercerita, kerugian pasangan yang keduanya berusia sepuh itu di antaranya seratus kilogram nangka sayur serta barang bawaan dari rumahnya berupa jaket dan baju.

“Kalau dihitung kerugiannya saya tidak hafal mbak, tapi kami bersyukur saja lah masih diberi keselamatan dan kesempatan untuk bisa dagang lagi,” tutur Ngadiman.

Sama seperti Ngadiman dan Saniyah, pedagang lainnya Aminatun (65) yang satu angkatan berjualan di Pasar Cempaka Putih sejak 1970, berujar dirinya bersyukur masih bisa diberi kesempatan menyelamatkan diri saat api menjalar melalap kios-kios yang didominasi material kayu.

Aminatun bercerita dirinya bahkan tak sempat memikirkan harta benda yang ada di kiosnya dan langsung berlari menuju tempat aman pada saat kebakaran terjadi.

“Saya itu baru sampai banget, baru saja menyapa ibu Saniyah. Gak lama baru duduk setelah nyiapin barang dagangan tiba-tiba ada bunyi meledak gitu. Aku liat kok ada merah-merah, langsung aku lari gak bawa apa- apa, cuma bawa badan ini aja. Pas sudah di parkiran baru sadar ternyata api sudah besar, nangis aku,” ujar Aminatun.

Saat Aminatun menengok kiosnya sudah tak ada yang tersisa, beras hingga makanan kaleng tak ada yang selamat. Meski begitu Aminatun sekali lagi mengucapkan rasa syukur karena masih bisa menyelamatkan dirinya dari bencana kebakaran.

Baca juga: Pasar Jaya bangun penampungan bagi pedagang Cempaka Putih minggu depan

“Ya sudah gak apa-apa, memang mungkin sudah jalannya kan yang penting aku selamat,” kata Aminatun.

Cerita lainnya datang dari pedagang kelapa bernama Sri (35) yang masih satu keluarga dengan Ngadiman dan Saniyah. Bersyukur, Sri sempat mengamankan alat mesin pemarut kelapa saat api melalap Pasar Cempaka Putih meski pada akhirnya ia harus kehilangan 200 butir kelapa yang memiliki berat 1 ton itu.

“Kalau ditanya rugi, 1 butirnya itu Rp 6.000, nah itu dikalikan 200. Kerugian yang ketahuan segitu, belum yang tidak ketahuan seperti pisau-pisau, rak, kampak, plastik, alat-alat pendukungnya lah,” ujar Sri.

Meski demikian, Sri tidak patah semangat untuk kembali bangkit. Ia dibantu suaminya pun sama seperti pedagang lainnya masih ingin menjalankan ekonomi kerakyatan di Pasar Cempaka Putih.

“Memang rugi sih gara-gara musibah ini, tapi saya gak mau berhenti dagang, Makanya kami sama pedagang lainnya memilih mandiri membuat lapak-lapak sementara dari sisa-sisa kios yang ada walau belum ada kejelasan dari pengelola. Kalau bisa sih semoga pengelola bisa cepet bangun ulang permanen pasarnya,” tutur Sri.

Bangun Penampungan
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi meninjau pedagang yang terdampak kebakaran Pasar Cempaka Putih, Selasa (30/9/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)


Tak hanya pedagang yang mengharapkan pembangunan ulang Pasar Cempaka Putih, Pemerintah Kota Jakarta Pusat pun turut mendorong pembangunan pasar menjadi lokasi yang nyaman dan aman bagi para pedagang agar dapat beraktivitas kembali.

Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi ketika meninjau kondisi Pasar Cempaka Putih seminggu setelah kebakaran terjadi.

Pemkot Jakarta Pusat saat ini terus mendorong upaya percepatan pembangunan dengan dibantu Perumda Pasar Jaya. Sebagai langkah awal yakni membersihkan sampah dan puing sisa kebakaran supaya cepat dibangun ulang.

Saat Irwandi meninjau, belum ada tempat penampungan sementara yang dibangun secara resmi oleh Perumda Pasar Jaya.

Sejumlah kios dan lapak sementara pun bervariasi ada yang berupa tenda, kios dari triplek hingga meja hasil rakitan sisa-sisa material kebakaran yang dibuat oleh para pedagang secara mandiri.

Lokasinya pun beragam mulai dari lahan parkir, di atas saluran air depan pasar, hingga depan rumah warga.

Untungnya pedagang yang berjualan di depan rumah warga atau bangunan lainnya sudah saling berkoordinasi sehingga memungkinkan para pedagang tetap berdagang pascakebakaran.

Berkaca dari hal itu, Irwandi pun meminta Pasar Jaya sebagai pengelola agar mempercepat pembangunan tempat penampungan sementara yang resmi untuk memastikan pedagang seluruhnya tertampung di satu lokasi yang lebih nyaman dan aman untuk berdagang.

Baca juga: Wakil Wali Kota Jakpus minta percepat pembangunan Pasar Cempaka Putih

Pemkot Jakarta Pusat saat ini tengah berkoordinasi dengan Pasar Jaya supaya segera dibangunkan penampungan. yang layak, aman, dan nyaman bagi pedagang. Penampungan itu ditujukan agar semua pedagang tetap bisa berjualan.

Sementara itu, Manajer Bidang Umum dan Humas Perumda Pasar Jaya Gatra Vaganza menyebutkan dengan masih adanya penyelidikan dan garis polisi yang terpasang di lokasi Pasar Cempaka Putih yang terbakar maka pihaknya belum dapat melakukan langkah lanjutan.

Berdasarkan pemantauan di dalam pasar yang sudah terbakar itu memang terdapat garis polisi yang belum dicabut karena Polisi masih melakukan proses penyellikian. Hal ini yang membuat pembangunan tempat penampungan sementara (TPS)  belum bisa dilaksanakan.

Masa Depan Pasar Cempaka Putih
Kondisi puing-puing bangunan Pasar Cempaka Putih yang masih dibatasi garis polisi, Jumat (25/9/2020). (ANTARA/Livia Kristianti)

Pasar yang berada di Jalan Cempaka Putih Barat XI itu memiliki sejarah yang panjang, satu hal yang pasti banyak pedagang berusia sepuh mengaku telah berdagang di lokasi itu sejak 1970.

Pada 1970, para pedagang menggelar lapak seperti di tanah lapang, sudah ada konstruksi dari kayu-kayu dan atap namun itu hanya bertahan hingga 1998 akibat adanya kerusuhan sebelum reformasi.

Usai Presiden BJ Habibie memegang tampuk kekuasaan dan masa reformasi pun dimulai, Pasar Cempaka Putih pun kembali dibangun ulang hingga akhirnya berdiri 22 tahun sebelum akhirnya luluh lantak akibat dilalap si jago merah.

Perumda Pasar Jaya selain menunggu investigasi dari pihak kepolisian atas terjadinya kebakaran di Pasar Cempaka Putih, masih tahap mencari solusi agar terjadi sinergi untuk rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Hal ini mengingat rencana Pasar Jaya yang ingin merombak ulang pasar yang memiliki luas sebesar 10.000 meter persegi.

Pasar Cempaka Putih ini lokasinya cukup baik karena luas tanahnya luas, Perumda Pasar Jaya  saat ini tengah mendesain optimalisasi jangka panjangnya. Jangan sampai sudah bikin TPS sementara, ternyata tidak sejalan dengan konsep pembangunan jangka panjangnya dan harus diubah ulang untuk  itu desain tersebut harus dibuat secara matan, ujar Gatra.

Gatra memang belum mau memberi kepastian konsep bangunan permanen Pasar Cempaka Putih yang terbaru untuk masa depan, namun ia memastikan nantinya pembangunan pasar tradisional itu akan dapat bersaing dengan pasar daring yang saat ini naik daun.

Terkait rencana jangka pendek yaitu pembangunan tempat penampungan sementara (TPS), Gatra memastikan bahwa akan membangun lokasi yang aman dan nyaman bagi para pedagang dan tentu sesuai dengan ketentuan bangunan.

Nantinya ketika TPS resmi yang dibangun oleh Perumda Pasar Jaya bagi pedagang Cempaka Putih rampung tidak akan ada lagi kios sementara di atas saluran air atau pun di depan rumah warga.

“Saat ini kan kios yang dibangun sama pedagang saat ini memang ada yang menyalahi aturan misalnya berdiri di atas saluran air. Nah ini yang akan kami perbaiki di TPS resmi jika sudah selesai dibangun. Kami pastikan pedagang tidak akan kepanasan dan kehujanan meski itu berbentuk TPS,"ujar Gatra.

Terlepas dari masih banyak hal yang perlu dipikirkan untuk masa depan Pasar Cempaka Putih, saat ini hal yang paling penting adalah mempertahankan roda perekonomian rakyat tetap bergerak.

Meski masih terpuruk akibat kebakaran yang menghabiskan 671 lapak, para pedagang Pasar Cempaka Putih optimis bisa bangkit dari bencana yang dialaminya.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020