Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi, bergerak menguat meski dibayangi sejumlah sentimen negatif baik dari dalam negeri dan eksternal.

Rupiah menguat 107 poin atau 0,72 persen menjadi Rp14.695 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.802 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan dari dalam negeri, penolakan UU Cipta Kerja masih menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar uang sehingga dapat membuat penguatan rupiah menjadi terbatas.

Selain itu, lanjut dia, proyeksi pertumbuhan Indonesia yang lebih negatif dari perkiraan lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) juga bisa menahan laju rupiah.

IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari minus 0,3 persen menjadi minus 1,5 persen pada tahun ini.

"Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini," katanya.

Di sisi lain, Ariston mengatakan pelaku pasar juga sedang mencermati sentimen eksternal, salah satunya publikasi badan statistik tenaga kerja AS yang akan melaporkan data perubahan harga barang yang dijual oleh produsen.

"Data ini adalah salah satu indikator inflasi di AS, bila data dilaporkan lebih rendah dari perkiraan, artinya permintaan barang-barang masih lemah maka dolar AS berpotensi melemah," katanya.

Ariston memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.650 - Rp14.850 per dolar AS pada hari ini.

Baca juga: Gubernur BI: Rupiah berpotensi menguat, ini indikatornya
Baca juga: BI tahan suku bunga acuan, rupiah Selasa ditutup melemah
Baca juga: Pasar waspadai aksi demo UU Cipta Kerja, rupiah bergerak melemah


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020