Jakarta (ANTARA) - Pengurus Forum Komunikasi Doa Bangsa (FKDB) menyosialisasikan kerajinan memproduksi tempe modern yang bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat.

"Dengan cara yang lebih modern diharapkan stigma masyarakat terhadap rumah produksi tempe kotor dan bau bisa berubah," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat FKDB, Ayep Zaki dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Menurut Ayep, kemasan tempe bisa diubah dari semula tampil alakadarnya namun berinovasi serta ditambah label agar bisa tampil lebih menarik perhatian konsumen.

Ayep mengatakan saat ini tengah menghimpun pelaku UMKM perajin tempe untuk dilakukan pembinaan cara memproduksi tempe yang modern.

"Saya tertarik untuk melakukan pembinaan pada perajin tempe karena berawal dari rasa prihatin," katanya.

Keprihatinan itu muncul, setelah mengetahui bagaimana perajin tempe harus survive dengan keuntungan yang tak besar dan tidak berkembang.

"Produksi tempe ini hanya membutuhkan modal kecil dan bisa dikelola banyak orang. Padat karya," ujar Ayep.

Ayep berkomitmen merangkul para perajin untuk membuat tempe yang higienis tanpa kulit serta tanpa bahan tambahan lain, sehat dan kualitasnya baik.

Air yang digunakan untuk mengolah kedelai merupakan air bersih yang bersumber dari PDAM dan air sumur serta tidak menggunakan bahan buatan. Demikian pula dengan ruang produksi dan fermentasi tertata dengan baik, memperhatikan suhu dan kelembaban sebagaimana yang dipersyaratkan dalam industri kecil tempe rumahan.

Sementara bahan baku, dipilih dari kedelai yang berkualitas tinggi. Dari sisi estetika rumah tempe modern ini sangat memperhatikan kemasan sehingga kualitas dan kebersihan hasil produksinya dapat dijamin.

Di saat pandemi COVID-19 ini, para pekerjanya juga memperhatikan protokoler kesehatan dengan menggunakan masker, sarung tangan, penutup kepala, dan menjaga jarak fisik.

Saat ini, FKDB telah membina 74 pabrik tempe dari Aceh hingga Papua dengan kapasitas produksi 33 ton kacang kedelai per hari.

Baca juga: Tempe barang strategis, jangan dipermainkan
Baca juga: Perajin keripik tempe berhenti produksi
Baca juga: Hampanya gerobak mendoan tanpa tempe

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2020