Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri mengingatkan lagi tentang makna kearifan lokal masyarakat Sulawesi Tengah soal perbuatan baik.

Salim Segaf mengatakan bahwa kearifan lokal di Palu, Sulawesi Tengah itu dikenal dengan ungkapan belo rapovia, belo rakava (baik yang dibuat, baik yang didapat).

"Mungkin kalau ada pendengar dari Sulawesi Tengah, di sana ada kearifan lokal (local wisdom) 'belo rapovia, belo rakava'. Itu bahasa Palu Sulawesi Tengah, artinya in ahsantum ahsantum li-anfusikum (dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 7) Kalau kau berbuat baik, kau berbuat baik untuk dirimu," kata Salim Segaf saat Musyawarah Nasional V PKS di Bandung, Jawa Barat, Minggu.

Baca juga: Gamal Albinsaid bergabung di PKS untuk persiapan Pemilu 2024

Salim mengatakan kearifan tersebut akan sulit diterima logika sebagian orang, karena menilai jika berbuat baik untuk orang lain maka kenikmatan diri sendiri akan berkurang.

Namun sebetulnya tidak demikian. Habib Salim pun mengutip sebuah kisah tentang tunanetra yang berjalan membawa lampu yang terang-benderang di malam hari.

Tangan kiri tunanetra tersebut memegang tongkat, sementara tangan kanannya harus memegang lampu sambil berjalan. Orang di sekitarnya menatapnya heran. Mengapa pria buta itu membawa lampu, sementara matanya tidak bisa melihat.

"Meski tidak dapat melihat, tunanetra itu ingin menerangi sekitarnya, sehingga dia dapat terhindar dari tertabrak mobil. Lantas siapa yang diuntungkan dari perbuatan memberikan penerangan bagi orang lain itu? Tentu tunanetra tadi yang diuntungkan," kata Salim Segaf.

Karena itu, Salim meminta agar masyarakat Indonesia mengenal dengan baik arti ungkapan lokal mengenai perbuatan baik yang juga dikenal dalam kitab suci umat Islam tersebut.

Baca juga: Sekjen PKS sebut Munas V akan berlakukan protokol kesehatan ketat

Habib Salim mengatakan kepada peserta Munas V PKS, untuk memelihara citra umat Islam (muslim). Dulu, kata Salim, jika orang menyebut di suatu daerah mayoritas umat Islam (muslim), maka situasi di daerah tersebut damai.

Begitu pula kalau orang menyebut ada mukmin, berarti daerah tersebut aman. Karena muslim dan mukmin memeluk agama yang penuh kedamaian.

"Karena banyak memberikan kedamaian, tasamuh kesantunan," katanya.

Menurut Habib Salim, Allah telah memerintahkan agar umat Islam beriman dan beramal saleh. Sehingga menyatakan keimanan saja tidak cukup tanpa disertai dengan amalan saleh.

"Hampir 250-300 ayat dalam Al-Quran, tidak disebutkan iman kecuali sesudahnya adalah amal saleh, illalladziina aamanuu wa 'amilush shaalihaati. Jadi tidak ada dalam Islam itu, kita diajarkan untuk beretorika saja. Tidak ada," kata Salim Segaf.

Dia mengatakan Rasulullah Muhammad SAW juga tidak menanyakan kepada sahabat-sahabatnya soal keimanan, tapi soal amalan saleh apa yang sudah dikerjakan oleh para sahabat.

"Rasulullah menanyakan, pertama, siapa yang berpuasa sunnah, dia tidak menanyakan wahai sahabatku, apa keutamaan berpuasa sunnah? Kedua, siapa yang pada hari ini sudah mengunjungi si fulan yang sakit? Beliau tidak meminta sebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keutamaan mengunjungi orang sakit. Ketiga, beliau menanyakan siapa yang pada hari ini sudah berinfak. Rasul tidak menanyakan jumlah infak, tidak pula menanyakan hadits atau ayat Al-Quran tentang perintah berinfak," kata Habib Salim.

Baca juga: PKS dorong terwujudnya politik biaya rendah

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020